Sabtu, 09 November 2013

PUPUK HIJAU (TITHONIA DIVERSIFOLIA)

PUPUK HIJAU TITHONIA DIVERSIFOLIA

Pupuk hijau adalah tanaman atau bagian - bagian yang masih muda yang dibenamkan kedalam tanah dengan tujuan untuk menambah bahan organik dan unsur hara terutama nitrogen kedalam tanah. Biasanya untuk pupuk hijau sering digunakan jenis tanaman legum, karena kandungan nitrogenya relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanaman lainya (Nurhajati Hakim, 1986).
Pemilihan tanaman yang cocok untuk pupuk hijau harus dapat memenuhi beberapa syarat antara lain : (1) cepat tumbuh dan dapat menghasilkan banyak bahan organik, (2) tidak banyak mengandung kayu, (3) mudah busuk, (4) banyak mengandung nitrogen dan (5) dapat tumbuh pada tanah yang kurus serta kurang subur dan tanah kekeringan (Nurhajati Hakim, 1986).
Bahan organik dapat disediakan di kebun melalui teknik pertanaman lorong, yaitu menanami sebagian lahan dengan tanaman leguminosa perdu dalam barisan atau pagar. Secara periodik, tanaman tersebut dipotong atau dipangkas dan pangkasannya digunakan sebagai mulsa atau pupuk hijau. Lahan di antara tanaman pagar dapat ditanami tanaman pangan. Pertanaman lorong dengan tanaman pagar dapat meningkatkan produktivitas lahan karena: (1) menghasilkan mulsa, (2) mendaur hara dari lapisan bawah ke lapisan atas, (3) menekan pertumbuhan gulma, 4) mencegah erosi, dan (5) menurunkan aliran permukaan (Wiwik Hartatik, 2007).
Salah satu jenis tanaman legum yang dapat tumbuh baik pada tanah yang kurang subur adalah Tithonia diversifolia atau bunga matahari Meksiko. Tanaman ini telah menyebar hampir di seluruh dunia, dan sudah dimanfaatkan sebagai sumber hara N dan K oleh petani di Kenya, namun di Indonesia belum banyak dimanfaatkan. Tithonia banyak tumbuh sebagai semak di pinggir jalan, tebing, dan sekitar lahan pertanian (Wiwik Hartatik, 2007).
Tithonia dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau dan sumber bahan organik tanah melalui teknik pertanaman lorong atau tanaman pembatas kebun. Tithonia merupakan salah satu sumber pupuk hijau yang murah. Tanaman dapat memperbanyak diri secara generatif dan vegetatif, yaitu dari akar dan setek batang atau tunas, sehingga dapat tumbuh cepat setelah dipangkas(Wiwik Hartatik, 2007).
Menurut Wiwik Hartatik (2007) Daun Tithonia kering mengandung N 3,5-4,0%, P 0,35-0,38%, K 3,5- 4,1%, Ca 0,59%, dan Mg 0,27%. Tanaman jagung yang dipupuk Tithonia setara 60 kg N/ha menghasilkan jagung pipilan kering 4 t/ ha, sedangkan bila dipupuk urea 60 kg N/ha hasilnya hanya 3,7 t/ha. Pupuk hijau dari Tithonia juga dapat mensubstitusi pupuk KCl. Dan Tithonia dapat menghasilkan bahan kering 1,75-2,0 kg/m2/tahun. Kadar N total pangkasan Tithonia berkisar antara 2,9-3,9% atau rata-rata 3,16% sehingga dapat menghasilkan N 65 g/m2/tahun.
Menurut Gusmini, Nurhajati Hakim, Eti Farda Husin (2003) pemberian tithonia sebagai sumber hara N dan K untuk mensubstitusi NK- pupuk buatan dapat memperbaiki sifat kimia tanah. Pemberian tithonia segar sebanyak 1100 g/ 10 kg tanah, selain sebagai sumber 5 g N dan 4,5 g K juga dapat meningkatkan P-tersedia (8,1 ppm), C-Organik (0,79 %), Ca (0,99 cmol.kg-1), Mg (0,40 cmol.kg-1) dan menurunkan Al-dd (0,75 cmol.kg-1). Kombinasi 68 % NK dari tithonia dan 32 % NK dari pupuk buatan adalah kombinasi yang terbaik untuk memperoleh pertumbuhan dan hasil rimpang jahe tertinggi pada Ultisol, yaitu sebanyak 365,72 g/pot (15 ton/ha) untuk panen 4 bulan dan sebesar 669,35 g/pot (27 ton/ha) untuk panen 6 bulan.
Menurut Margo Yuwono (2002) T. diversifolia paling cepat mengalami mineralisasi dibandingkan dengan pupuk kotoran sapi, C. muconoides dan C. pubescens, dan mencapai puncaknya pada 4 minggu setelah perlakuan Dengan demikian penggunaan T. diversifolia sebagai pupuk organik sangat potensial, karena memenuhi kriteria tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan T. diversifolia memberikan hasil yang tertinggi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.

Senin, 04 November 2013

FASE PERTUMBUHAN PADI


FASE PERTUMBUHAN PADI
Fase Tanaman Padi
Perhatikan fase tumbuhan padi di atas.
Salah satu pendekatan yang baik adalah mengenal fase pertumbuhan tsb. Mengapa? Sebab setiap fase pertumbuhan tanaman memiliki ciri khas tersendiri. Saya ambil contoh varietas padi yang berumur 120 hari.
1. Fase Vegetatif. Fase ini berlangsung sekitar 55-60 hari.
- Fase semai / pembibitan secara umum 20 hss
- Fase vegetatif tanam 35-40 hst.
Di sebagian petani ada yg memulai fase semai sampai 30 hss. Sehingga fase vegetatif tanam menjadi berkurang. Yang seharusnya 35-40 hst menjadi 25-30 hari. Apa yang terjadi? Tanaman kurang berkembang : jumlah anakkan sedikit ( malai juga sedikit). Sebab masa vegetatif tanam yang pendek tak memberikan ruang/waktu bagi tanaman untuk berkembang normal.
Di sebagian petani ada yang memulai fase semai sampai 15 hst. Sehingga fase vegetatif tanam menjadi 40-45 hst. Apa yang terjadi? tanaman bagus berkembang : jumlah anakkan banyak ( malai juga banyak). Sebab memberikan ruang waktu yang optimun buat masa vegetatif ini.
Makanya dengan memakai Sistem Tanam SRI jumlah anakkan banyak (malai banyak) sebab memberi ruang waktu yang optimun di masa vegetatif. Dengan fase semai sekitar 7 hss, sisanya waktu fase vegetatif tanama akan maksimal bagi perkembangan tanaman.
Bagaimana Umur Padi Genjah ?
Untuk umur padi yang lebih genjah seperti Inpari maka umur semai harus diperhatikan betul. Untuk inpari 10 yang berumur 108-116 hari dan varietas sejenis, diusahakan pindah tanam di bawah umur 18 hss.
Untuk Inpari 13, inpari 19 dan sejenisnya, diusahakan pindah tanam bibit di bawah umur atau sama dengan 15 hss.
Walaupun varietas dengan umur genjah, perkembangan fase vegetatif tanam harus diperhatikan.
2. Fase Generatif. Fase ini berlangsung sekitar 60-65 hari. Secara umum dibagi kedalam :
- Fase Reproduktif 30 hari dan
- Fase Pematangan 30-35 hari
Untuk memahami lebih jelas memahami fase pertumbuhan tanaman padi, ada tulisan bagus yang akan dikemukakan. http://pejuang-pangan.blogspot.com/2011/07/fase-stadia-pertumbuhan-tanaman-padi.html
1. Fase vegetatif adalah awal pertumbuhan tanaman, mulai dari perkecambahan benih sampai primordia bunga (pembentukan malai).
- Tahap Perkecambahan benih (germination)
Pada fase ini benih akan menyerap air dari lingkungan (karena perbedaan kadar air antara benih dan lingkungan), masa dormansi akan pecah ditandai dengan kemunculan radicula dan plumule.
Faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih adalah kelembaban, cahaya dan suhu. Petani biasanya melakukan perendaman benih selama 24 jam kemudian diperam 24 jam lagi. Tahan perkecambahan benih berakhir sampai daun pertama muncul dan ini berlangsung 3-5 hari.
- Tahap Pertunasan (seedling stage)
Tahap pertunasan mulai begitu benih berkecambah hingga menjelang anakan pertama muncul. Umumnya petani melewatkan tahap pertumbuhan ini di persemaian. Pada awal di persemaian, mulai muncul akar seminal hingga kemunculan akar sekunder (adventitious) membentuk sistem perakaran serabut permanen dengan cepat menggantikan radikula dan akar seminal sementara.
Di sisi lain tunas terus tumbuh, dua daun lagi terbentuk. Daun terus berkembang pada kecepatan 1 daun setiap 3-4 hari selama tahap awal pertumbuhan sampai terbentuknya 5 daun sempurna yang menandai akhir fase ini.
Dengan demikian pada umur 15 – 20 hari setelah sebar, bibit telah mempunyai 5 daun dan sistem perakaran yang berkembang dengan cepat. Pada kondisi ini, bibit siap dipindahtanamkan.
- Tahap Pembentukan anakan (tillering stage)
Setelah kemunculan daun kelima, tanaman mulai membentuk anakan bersamaan dengan berkembangnya tunas baru. Anakan muncul dari tunas aksial (axillary) pada buku batang dan menggantikan tempat daun serta tumbuh dan berkembang.
Bibit ini menunjukkan posisi dari dua anakan pertama yang mengapit batang utama dan daunnya. Setelah tumbuh (emerging), anakan pertama memunculkan anakan sekunder, demikian seterusnya hingga anakan maksimal.
Pada fase ini, ada dua tahapan penting yaitu pembentukan anakan aktif kemudian disusul dengan perpanjangan batang (stem elongation). Kedua tahapan ini bisa tumpang tindih, tanaman yang sudah tidak membentuk anakan akan mengalami perpanjangan batang, buku kelima dari batang di bawah kedudukan malai, memanjang hanya 2-4 cm sebelum pembentukan malai.
Sementara tanaman muda (tepi) terkadang masih membentuk anakan baru, sehingga terlihat perkembangan kanopi sangat cepat. Secara umum, fase pembentukan anakan berlangsung selama kurang lebih 30 hari.
Pada tanaman yang menggunakan sistem tabela (tanam benih langsung) periode fase ini mungkin tidak sampai 30 hari karena bibit tidak mengalami stagnasi seperti halnya tanaman sistem tapin yang beradaptasi dulu dengan lingkungan barunya sesaat setelah pindah tanam.
Penggunaan pupuk nitrogen (urea) berlebihan atau waktu aplikasi pemupukan susulan yang terlambat memicu pembentukan anakan lebih lama (lewat 30 hst), namun biasanya anakan yang terbentuk tidak produktif.
2. FASE GENERATIF. Fase ini berlangsung sekitar 55-60 hari.
A. Fase Reproduktif
Tahap Inisiasi Bunga / Primordia (Panicle Initiation)
Perkembangan tanaman pada tahapan ini diawali dengan inisiasi bunga (panicle initiation). Bakal malai terlihat berupa kerucut berbulu putih (white feathery cone) panjang 1,0-1,5 mm.
Pertama kali muncul pada ruas buku utama (main culm) kemudian pada anakan dengan pola tidak teratur. Ini akan berkembang hingga bentuk malai terllihat jelas sehingga bulir (spikelets) terlihat dan dapat dibedakan.
Malai muda meningkat dalam ukuran dan berkembang ke atas di dalam pelepah daun bendera menyebabkan pelepah daun menggembung (bulge). Penggembungan daun bendera ini disebut bunting sebagi tahap kedua dari fase ini (booting stage).
- Tahap Bunting (booting stage)
Bunting terlihat pertama kali pada ruas batang utama. Pada tahap bunting, ujung daun layu (menjadi tua dan mati) dan anakan non-produktif terlihat pada bagian dasar tanaman.
- Tahap Keluar Malai (heading stage)
Tahap selanjutnya dari fase ini adalah tahap keluar malai. Heading ditandai dengan kemunculan ujung malai dari pelepah daun bendera. Malai terus berkembang sampai keluar seutuhnya dari pelepah daun.
Akhir fase ini adalah tahap pembungaan yang dimulai ketika serbuk sari menonjol keluar dari bulir dan terjadi proses pembuahan.
- Tahap Pembungaan (flowering stage)
Pada pembungaan, kelopak bunga terbuka, antera menyembul keluar dari kelopak bunga (flower glumes) karena pemanjangan stamen dan serbuksari tumpah (shed). Kelopak bunga kemudian menutup. Serbuk sari atau tepung sari (pollen) jatuh ke putik, sehingga terjadi pembuahan.
Struktur pistil berbulu dimana tube tepung sari dari serbuk sari yang muncul (bulat, struktur gelap dalam ilustrasi ini) akan mengembang ke ovary.
Proses pembungaan berlanjut sampai hampir semua spikelet pada malai mekar. Pembungaan terjadi sehari setelah heading. Pada umumnya, floret (kelopak bunga) membuka pada pagi hari. Semua spikelet pada malai membuka dalam 7 hari. Pada pembungaan, 3-5 daun masih aktif.
Anakan pada tanaman padi ini telah dipisahkan pada saat dimulainya pembungaan dan dikelompokkan ke dalam anakan produktif dan nonproduktif.
Fase reproduktif yang diawali dari inisiasi bunga sampai pembungaan (setelah putik dibuahi oleh serbuk sari) berlangsung sekitar 35 hari. Pemberian zat pengatur tumbuh atau penambahan hormon tanaman (pythohormon) berupa gibberlin (GA3) dan pemeliharaan tanaman dari serangan penyakit sangat diperlukan pada fase ini.
Perbedaan lama periode fase reproduktif antara padi varietas genjah maupun yang berumur panjan tidak berbeda nyata. Ketersediaan air pada fase ini sangat diperlukan, terutama pada tahap terakhir diharapkan bisa tergenang 5 – 7 cm.
B. Fase Pemasakan / Pematangan
- Tahap matang susu ( Milk Grain Stage )
Pada tahap ini, gabah mulai terisi dengan bahan serupa susu. Gabah mulai terisi dengan larutan putih susu, dapat dikeluarkan dengan menekan/menjepit gabah di antara dua jari. Malai hijau dan mulai merunduk.
Pelayuan (senescense) pada dasar anakan berlanjut. Daun bendera dan dua daun di bawahnya tetap hijau. Tahap ini paling disukai oleh walang sangit. Pada saat pengisian, ketersediaan air juga sangat diperlukan. Seperti halnya pada fase sebelumnya, pada fase ini diharapkan kondisi pertanaman tergenang 5 – 7 cm.
- Tahap gabah ½ matang (dough grain stage)
Pada tahap ini, isi gabah yang menyerupai susu berubah menjadi gumpalan lunak dan akhirnya mengeras. Gabah pada malai mulai menguning. Pelayuan (senescense) dari anakan dan daun di bagian dasar tanaman nampak semakin jelas. Pertanaman terlihat menguning. Seiring menguningnya malai, ujung dua daun terakhir pada setiap anakan mulai mengering.
- Tahap gabah matang penuh (Mature Grain Stage)
Setiap gabah matang, berkembang penuh, keras dan berwarna kuning. Tanaman padi pada tahap matang 90 – 100 % dari gabah isi berubah menjadi kuning dan keras. Daun bagian atas mengering dengan cepat (daun dari sebagian varietas ada yang tetap hijau).
Sejumlah daun yang mati terakumulasi pada bagian dasar tanaman. Berbeda dengan tahap awal pemasakan, pada tahap ini air tidak diperlukan lagi, tanah dibiarkan pada kondisi kering. Periode pematangan, dari tahap masak susu hingga gabah matang penuh atau masak fisiologis berlangsung selama sekitar 35 hari.

Jumat, 31 Mei 2013

LAPORAN PRAKTIKUM KADAR AIR TANAH

LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH ILMU PENGELOLAAN TANAH
KADAR AIR TANAH




Oleh
ALI MAHBUB SUYUTI
NPM 2110310020





FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
TAHUN 2012



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah, antara lain pada proses pelapukan mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan hara larut bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media gerak hara ke akar-akar tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu banyak tersedia, hara-hara dapat tercuci dari daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi tinggi, garam-garam terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah atas. Air yang berlebihan juga membatasi pergerakan udara dalam tanah, merintangi akar tanaman memperoleh O2 sehingga dapat mengakibatkan tanaman mati.
Kandungan air tanah dapat ditentukan dengan beberapa cara. Sering dipakai istilah-istilah nisbih, seperti basah dan kering. Kedua-duanya adalah kisaran yang tidak pasti tentang kadar air sehingga istilah jenuh dan tidak jenuh dapat diartikan yang penuh terisi dan yang menunjukkan setiap kandungan air dimana pori-pori belum terisi penuh. Jadi yang dimaksud dengan kadar air tanah adalah jumlah air yang bila dipanaskan dengan oven yang bersuhu 105oC hingga diperoleh berat tanah kering yang tetap.
Dua fungsi yang saling berkaitan dalam penyediaan air bagi tanaman yaitu memperoleh air dalam tanah dan pengaliran air yang disimpan ke akar-akar tanaman. Jumlah air yang diperoleh tanah sebagian bergantung pada kemampuan tanah yang menyerap air cepat dan meneruskan air yang diterima dipermukaan tanah ke bawah. Akan tetapi jumlah ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar seperti jumlah curah hujan tahunan dan sebaran hujan sepanjang tahun.( Web.Tani Muda.2010. Air Tanah)
Keberadaan air dalam tanah sangat penting, karena kekurangan maupun kelebihan air akan memberi pengaruh buruk bagi tanaman. Untuk itu kita perlu mengetahui kadar air dalam tanah. Sehubungan dengan ketersedian air bagi tanaman, terdapat faktor yang penting yaitu penahanan air tanah. Secara praktis air yang tertahan mempengaruhi kapasitas air untuk menyimpan air, ketersediaan air tanah bagi tanaman dan organisme lain.(Nurhidayati. 2006 Penuntun Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah.)



1.2  Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sbb :
a.       Untuk mengetahui cara pengukuran kadar air pada tanah.
b.      Untuk mengetahui berapa kadar air yang terdapat pada tanah yang dalam keadaan jenuh, kapasitas lapang dan kering udara.
c.       Mengetahui perbandingan kadar air pada tanah yang dalam keadaan jenuh, kapasitas lapang dan kering udara.























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Tanah dan Kadar Air Tanah.
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit dilakukan,sedangkan kdar air tanah adalah jumlah air yang terkandung didalam tanah per satuan tertentu (satuan volume atau massa). (Air tanah-Wikipedia Indonesia)
Air terdapat di dalam tanah ditahan (diserap) oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Baik kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Fungsi air tanah yaitu sebagai pembawa unsur hara dalam tanah serta keseluruhan bagian tanaman. Kadar air selalu berubah sebagai respon terhadap faktor-faktor lingkungan dan gaya gravitasi. Karena itu contoh tanah dengan kadar air harus disaring, diukur, dan biasanya satu kali contoh tanah akan dianalisis untuk penerapan suatu sifat. (Blogspot.com.2010. Air Tanah dan Kadar Air Tana)
Jumlah air yang ditahan oleh tanah dapat dinyatakan atas dasar berat dan isi. Pada umunya, dasar penentuannya adalah pengukuran kehilangan berat dari suatu contoh tanah yang lebih lembab setelah dikeringkan pada suhu 105oC selama 24 jam. Kehilangan berat sama dengan berat air yang terdapat dalam contoh tanah. Kadar air (0) dihitung secara gravimetrik dengan satuan g / g, yaitu berat air yang terdapat di dalam suatu massa tanah kering (0 = tanah lembab-berat kering oven) atau satuan persen (%).(Tani Muda. 2010. Air Tanah.)
Kadar air tanah dapat dinyatakan dengan persen volume (apabila pengukurannya menggunakan metode Volumetri) dan persen massa (apabila pengukurannya menggunakan metode Grafimetri). Rumus pengukuran air dengan metode Volumetri dan Grafimetri adalah sbb:
 



        (Nurhidayati,2006, Bahan Ajar Dasar-dasar Ilmu Tanah)

2.2 Kadar Air Tanah Juga di Pengaruhi oleh Tekstur Tanah.
Tekstur tanah yang berbeda mempunyai kemampuan menahan air yang berbeda pula. Tanah bertekstur halus, contohnya: tanah bertekstur liat, memiliki ruang pori halus yang lebih banyak, sehingga berkemampuan menahan air lebih banyak. Sedangkan tanah bertekstur kasar, contohnya: tanah bertekstur pasir, memiliki ruang pori halus lebih sedikit, sehingga kemampuan manahan air lebih sedikit pula.

2.3. Penyerapan Air oleh Tanah.
Air terdapat dalam tanah karena ditahan (diserap) oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi. Karena adanya gaya-gaya tersebut maka air dalam tanah dapat dibedakan menjadi:
(1)     Air hidroskopik, adalah air yang diserap tanah sangat kuat sehingga tidak dapat digunakan tanaman, kondisi ini terjadi karena adanya gaya adhesi antara tanah dengan air. Air hidroskopik merupakan selimut air pada permukaan butir-butir tanah.
(2)     Air kapiler, adalah air dalam tanah dimana daya kohesi (gaya tarik menarik antara sesama butir-butir air) dan daya adhesi (antara air dan tanah) lebih kuat dari gravitasi. Air ini dapat bergerak secara horisontal (ke samping) atau vertikal (ke atas) karena gaya-gaya kapiler. Sebagian besar dari air kapiler merupakan air yang tersedia (dapat diserap) bagi tanaman.

2.4 Jumlah Air yang Tersedia Bagi Tanaman.
Dalam menentukan jumlah air tersedia bagi tanaman beberapa istilah dibawah ini perlu dipahami, yaitu:
(1)   Kapasitas Lapang: adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Air yang dapat ditahan oleh tanah tersebut terus menerus diserap oleh akar-akar tanaman atau menguap sehingga tanah makin lama semakin kering. Pada suatu saat akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air tersebut sehingga tanaman menjadi layu (titik layu permanen).
(2)   Titik Layu Permanen: adalah kandungan air tanah dimana akar-akar tanaman mulai tidak mampu lagi menyerap air dari tanah, sehingga tanaman menjadi layu. Tanaman akan tetap layu baik pada siang ataupun malam hari.
(3)   Air Tersedia: adalah banyaknya air yang tersedia bagi tanaman, yaitu selisih antara kadar air pada kapasitas lapang dikurangi dengan kadar air pada titik layu permanen.
Kandungan air pada kapasitas lapang ditunjukkan oleh kandungan air pada tegangan 1/3 bar, sedangkan kandungan air pada titik layu permanen adalah pada tegangan 15 bar. Air yang tersedia bagi tanaman adalah air yang terdapat pada tegangan antara 1/3 bar sampai dengan 15 bar. Banyaknya kandungan air dalam tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air (moisture tension) dalam tanah tersebut. Besarnya tegangan air menunjukkan besarnya tenaga yang diperlukan untuk menahan air tersebut di dalam tanah. Tegangan diukur dalam bar atau atmosfir atau cm air atau logaritma dari cm air yang disebut pF. Satuan bar dan atmosfir sering dianggap sama karena 1 atm = 1,0127 bar.
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau liat. Kondisi kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. (Tani Muda. Air Tanah.2010)
Air tanah ditahan oleh partikel tanah dengan beberapa tingkatan sebagai berikut :
(1)   Kapasitas Penahanan Makksimum (Jenuh)
(2)   Kapasitas Lapang
(3)   Koefisien Layu
(4)   Koefisien Higroskopis.
Kalau pemberian air di permukaan tanah baik melalui air hujan ataupun irigasi masih terus berlangsung hingga seluruh ruang pori tanah baik makro maupun mikro terisi oleh air dan udara terdesak keluar selanjutnya membasahi bagian bawah tanah, terjadi pergerakan air ke bawah, kondisi ini disebut kondisi jenuhair (kapasitas penahan maksimum) lalu bila pemberian air dihentikan, masih akan terjadi pergerakan air ke bawah. Setelah sehari pergerakan kebawah praktis berhenti dan sebagian ruang pori mekro terisi oleh udara, air berada pada ruang pori mikro dan pori kapiler ini lah yang disebut dengan kondisi kapasitas lapang. Air Air yang mengisi ruang pori makro tidak lagi tertahan,sebagian lagi menguap dan  sebagian lagi diserap oleh tanaman,diganti oleh udara tanah yang mengisi pori mikro.sedangkan pada pori mikro masih terdapat air yang dapat diambil oleh tanaman  dan organisme lain.pergerakan air kebawah secara cepat terhenti,tetapi pergerakan air secara lambat masih berlangsung ,yakni merupakan pergerakan kapiler yang berlangsung dalam pori mikro.bila kondisi ini berlangsung terus maka tanaman akan menyerap arir dengan cepat,dan menurunkan jumlah air  dalam tanah.begitu tanah mongering,tanaman akan memperlihatkan pengaruh kekeringan (layu),baik siang hari maupun malam hari.pada keadaan ini air tanah dikatakan berada pada koefisien layu.bila kita oven,tanah itu akan kehilanga air yang berupa cairan dan pori mikro terkecil.sisa air yang tinggal merupakan air yang terdapat pada permukaan koloid,air itu terikat kuatdan tidak lagi bersifat seperti cairan.kodisi ini disebt kondisi higropkopis.
Sebagian besar data laboratorium  baik fisika maupun kimia dinyatakan dengan dasar tanah kering oven.untuk persentase dari contoh tanah kering udara yang akan dianalisa harus ditantukan.akan tetapi penentuan dri persentase ini agak mustahil,karena memerlukan pemishan air menjadi bagian dari air tanah,dan merupakan padatan tanah ,organic maupun anorganik,serta komponen tanah lainnya seperti mineral.untuk alasan ini,suatu metode yang berbeda,dan tampaknya tidak satu pun metode yang dapat menghasilkan data yang tepat untuk semua tanah.kadar air tanah dapat dinyatakan secara gravimetric (% berat) dan volumetric (% volume) keduanya menggunakan contoh tanah yang berbeda.(Nurhidayati. 2006 Penuntun Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah.)

2.5 Fungsi Air Bagi Pertumbuhan Tanaman.
Beberapa fungsi air bagi pertumbuhan tanaman adalah:
(1)   Sebagai unsur hara tanaman: Tanaman memerlukan air dari tanah bersamaan dengan kebutuhan CO2 dari udara untuk membentuk gula dan karbohidrat dalam proses fotosintesis.
(2)   Sebagai pelarut unsur hara: Unsur-unsur hara yang terlarut dalam air diserap oleh akar-akar tanaman dari larutan tersebut.
(3)   Sebagai bagian dari sel-sel tanaman: Air merupakan bagian dari protoplasma sel tanaman.

Faktor – faktor yang mempengaruhi ketersediaan air tanah yaitu :
(1)   Tekstur tanah
(2)   Kadar bahan organic tanah
(3)   Senyawa kimia
(4)   Kedalaman solum
selain faktor diatas ketersediaan air tanah juga dipengaruhi oleh iklim dan tanaman ,factor iklim yang berpengaruh meliputi curah hujan,temperatur,dan kecepatan angin,yang pada prinsipnya terkait dengan suplai air dan evapotranspirasi.Faktor tanaman yang berpengaruh meliputi bentuk dan kedalaman perakaran,toleransi terhadap kekeringan,serta tingkat dan stadia pertumbuhan,yang pada prinsipnya terkait dengan kebutuhan air tanaman.(Hanafiah K.A. 2005. hal 115- 117 )
















BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1  Alat dan Bahan.
·         Beaker glass 250 cc      
·         Kertas saring/tissu
·         Pipa kapiler
·         Plastik (lembaran)
·         Karet gelang
·         Timbangan
·         Contoh tanah biasa
·         Hand sprayer
·         Kaleng oven
·         Oven
3.2    Cara Kerja
3.2.1 Menentukan Kadar Air Tanah Kering Udara.
·         Pertama-tama dilakukan  penimbangan kaleng oven, selanjutnya tanah yang tersedia dihaluskan lalu dimasukan kedalam kaleng oven kemudian dilakukan penimbangan tanah beserta kalengnya.
·         Biarkan selama satu hari, setelah itu dilakukan pengovenan selama 24 jam pada suhu oven 105oC.
·         Setelah 24 jam keluarkan tanah yang di oven lalu dilakukan penimbangan kembali.
3.2.2  Menentukan Kadar Air Tanah Jenuh.
·         Langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang kaleng oven yang akan digunakan untuk wadah sampel.
·         Langkah selanjutnya adalah menyiapkan beaker glass dan meletakan kertas saring/tissu di dasar beaker glass .
·         Tanah yang sudah dihaluskan kemudian dimasukan kedalam beaker glass hingga 250 cc, lalu tanah dibasahi dengan cara menyemprotkan air  hingga air meresap sampai 1/3 bagian.
·         Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel dengan langsung mengambil tanah bagian atas (tanah pada beaker glass yang masih jenuh akan air).
·         Kemudian tanah tersebut dimasukan kedalam kaleng oven dan ditimbang.
·         Biarkan selama satu hari kemudian oven selama 24 jam  pada suhu oven 105oC.
·         Setelah 24 jam tanah yang di oven dikeluarkan lalu dilakukan penimbangan kembali
3.2.3 Menentukan Kadar Air Kapasitas lapang.
·         Sampel tanah sisa dari percobaan 3.2.2 (cara kerja 3.2.2) yang ada pada beaker glass dipasang pipa kapiler ditengahnya lalu tutupi permukaan beaker glass dengan plastik (keciali pipa kapiler) dan eratkan dengan karet.
·         Kemudian dibiarkan tanah selama satu hari, lalu setelah satu hari penutup plastiknya dibuka.
·         Selanjutnya dilakukan penimbangan kaleng oven yang akan digunakan sebagai wadah.
·         Setelah  penimbangan kaleng oven selesai dilakukanlah pengambilan sampel tanah dan diletakan di dalam kaleng oven, lalu dilakukan penimbangan.
·         Pekerjaan selanjutnya adalah mengoven sampel tanah tersebut selama 24 jam pada suhu oven 105oC
·         Setelah 24 jam tanah yang di oven dikeluarkan dan kemudian dilakukan penimbangan kembali.





           











BAB IV
HASIL PENGAMATAN.

Hasil atau data yang didapat pada pengamatan dilaboratorium disajikan pada tabel berikut :
    Tabel 1. Hasil pengamatan.
Sample
Berat Kaleng
Berat Tanah+Kaleng (SO)
Berat Tanah+Kaleng (KO)
Jenuh
3,43
24,41
17,27
Kapasitas Lapang
3,54
22,38
18,61
Kering udara
3,51
23,92
22,36


BAB V
PERHITUNGAN

   Dari data diatas maka dapat kita cari :
a.      Berat Tanah (SO dan KO)
Berat tanah SO = (Berat tanah SO+Berat kaleng n ) – berat kaleng n.
Berat tanah KO = (Berat tanah KO+Berat kaleng n) – berat kaleng n.
Jadi :
·         Sampel jenuh
Berat tanah SO            = 24,41 - 3,43 = 20,98
Berat tanah KO           = 17,27 – 3,34 = 13,84
·         Sampel Kapasitas Lapang
Berat tanah SO            = 22,38 - 3,54 = 18,84
Berat tanah KO           = 18,61 - 3,54 = 15,07
·         Sampel Kering Udara
Berat tanah SO            = 23,92 - 3,51 = 20,41
Berat tanah KO           =  22,36- 3,51 = 18,85
b.      Berat Air Tanah
Berat air tanah dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Berat Air = Berat tanah SO – Berat tanah KO.
Jadi :
·         Berat air Sampel jenuh                        : 20,98 – 13,84 =7,14
·         Berat air Sampel Kapasitas lapang      : 18,84 – 15,07 = 3,77
·         Berat air Sampel Kering udara            : 20,41 – 18,85 = 1,56

c.       Kadar Air Persen Massa

Massa Air
 
Rumus penghitungan Kadar Air persen massa adalah sebagai berikut :

X 100 (%)
 

KA % Massa =
 

Massa Padatan
 
 

                Atau sama juga dengan rumus sebagai berikut :
 



            Jadi :
·        

13,84
 

KA % Massa =
 

20,98 – 13,84
13,84

 

X 100 (%)
 
Sampel Jenuh



= 51,59 %

·         Sampel Kapasitas Lapang
 




= 25,02 %       

·         Sampel Kering udara
 




= 8,28 %




            Tabel 2. Hasil perhitungan.
Sample
Berat Kaleng
Berat Tanah+Kaleng (SO)
Berat Tanah+Kaleng (KO)
Berat Tanah (SO)
Berat Tanah (KO)
Berat Air
KA Tanah (% massa)
Jenuh
3,43
24,41
17,27
20,98
13,84
7,14
51,59
Kapasitas Lapang
3,54
22,38
18,61
18,84
15,07
3,77
25,02
Kering udara
3,51
23,92
22,36
20,41
18,85
1,56
8,28

Data pengamatan
 
   Keterangan.

Hasil perhitungan
 
 




















BAB VI
PEMBAHASAN
Ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi:
1.      Faktor yang mempengaruhi kadar air tanah adalah :
·         Banyaknya curah hujan atau suplay air, ini berkorelasi positif terhadap kadar air tanah semakin banyak curah hujan maka kadar air tanah akan semakin banyak pula, namun ini juga sangat bepengaruh pada kemampuan tanah memegang air.
·         Kemampuan tanah memegang air, semakin baik kemampuan tanah memegang air maka air yang tersimpan pada tanah (KA tanah) juga akan semakin banyak/tinggi.
Kemampuan tanah memegang air dipengaruhi oleh :
ü    Kandungan bahan organik, semakin banyak bahan organik maka kemampua tanah menyimpan air akan semakin baik.
ü   Tekstur tanah, tekstur tanah juga mempengaruhi pori-pori tanah, tanah yang kasar akan lebih banyak memiliki pori makro daripada tanah denngan tekstur halus sehingga daya penyimpanan airnya lebih rendah daripada tanah dengan tekstur halus.
·         Besarnya evaporasi, semakin besar tingkan evaporasi maka akan semakin banyak air yang hilang dari tanah sehingga KA tanah akan berkurang.
·         Senyawa kimia, semakin banyak senyawa kimia pada tanah maka kadar air tanah akan semakin menurun.
·         Topografi, topografi mempengaruhi penyerapan air pada tanah, pada tipografi yang datar air akan cepat terseram oleh tanah dan penyerapannya merata, pada topografi lereng maka air yang terserap oleh tanah akan lebih sedikit karena air bergerak bebas (mengalir) sedang pada topografi cekung apabila ada air maka tanah dibawahnya akan jenuh oleh air dan bahkan berlebihan (air akan menggenang)
Karena faktor-faktor diatas maka sangat mungkin terdapat perbedaan KA tanah sehingga berdasarkan perbedaan tanah dalam  menahan air maka air tanah yang tertahan dapat digolongkan menjadi beberapa tingkatan yaitu, jenuh, kapasitas lapang dan kering udara.


1.      KA Tanah pada Kondisi Jenuh.
Berdasarkan pengamatan, Tanah dalam keadaan jenuh memiliki angka KA yang paling tinggi dibanding tanah dalam kondisi kapasitas lapang dan kering udara, ini dikarenakan pada kondisi jenuh, seluruh pori-pori (pori makro, messo, dan mikro) atau ruang pada tanah dipenuhi/terisi oleh air. Sedangkan pada kapasitas lapang dan kering udara tidak semua pori-pori tanahnya di penuhi/terisi air.
2.      KA Tanah pada Kondisi kapasitas lapang.
Tanah dalam kondisi kapasitas lapang memiliki angka KA yang lebih rendah dari pada KA pada tanah dalam konisi jenuh namun lebih tinggi daripada KA tanah dalam kondisi kering udara, ini dikarenakan pada kondisi kapasitas lapang sebagian ruang pori makro sudah terisi udara akibat dari menguapnya sebagian air pada pori-pori makro itu, namun pada ruang pori mikro dan messo masih terisi air. 
3.      KA Tanah pada Kondisi kering udara.
Tanah dalam keadaan kering udara memiliki angka KA paling rendah dibanding KA pada tanah yang dalam keadaan jenuh dan kapasitas lapang ini dikarenakan pada kondisi kering udara air hanya tersedia pada pori mikronya saja sedang air pada pori makro dan meso telah menguap dan digantikan/terisi udara.














BAB VII
KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa :
1.      Kadar air tanah dalam kondisi jenuh : 51,59 % kapasitas lapang : 25,02 % dan kering udara : 8,28 %
2.      Kadar air tertinggi terdapat pada tanah dalam kondisi jenuh
3.      Kadar air pada tanah yang dalam kondisi kapasitas lapang memiliki kadar air yang lebih rendah dari pada kadar air pada tanah dalam keadaan jenuh namun lebih tinggi daripada kadar air yang terdapat pada tanah dalam keadaan kering udara.
4.      Kadar air tanah pada tanah dalam keadaan kering udara lebih rendah dibanding kadar air pada tanah dalam kondisi jenuh dan kapasitas lapang.
5.      Faktor yang mempengaruhi kadar air tanah adalah :
·         Banyaknya curah hujan atau Suplay air.
·         Kemampuan tanah menahan air.(dipengaruhi oleh kadar bahan organik dan tekstur)
·         Besarnya evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan melalui vegetasi).
·         Senyawa kimiawi atau kandungan garam-garam.
·         Topografi.













Daftar Pustaka.

Blogspot. 2010. Air Tanah dan Kadar Air Tana(http://uftoriwasit.blogspot.com/2010/10/air-tanah-dan-kadar-air-tanah.html). Akses 05 November 2010.

Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah.Jakarta; Rajawali Pers. Hal 115-117.

Nurhidayati. 2006. Bahan Ajar Dasar-dasar Ilmu Tanah. Malang; Universitas Islam Malang. Halaman 64.

Nurhidayati. 2006. Penuntun Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah . Malang; Universitas Islam Malang. Halaman 22-23.

Tani Muda. Air Tanah.2010. (http://wahyuaskari.wordpress.com/literatur/kadar-air-tanah/). Akses 05 November 2010.

­Wiki pedia. Air tanah.(http://id.wikipedia.org/wiki/Air_Tanah).2010. Akses tgl 05 November 2010.





 BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah, antara lain pada proses pelapukan mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan hara larut bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media gerak hara ke akar-akar tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu banyak tersedia, hara-hara dapat tercuci dari daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi tinggi, garam-garam terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah atas. Air yang berlebihan juga membatasi pergerakan udara dalam tanah, merintangi akar tanaman memperoleh O2 sehingga dapat mengakibatkan tanaman mati.
Kandungan air tanah dapat ditentukan dengan beberapa cara. Sering dipakai istilah-istilah nisbih, seperti basah dan kering. Kedua-duanya adalah kisaran yang tidak pasti tentang kadar air sehingga istilah jenuh dan tidak jenuh dapat diartikan yang penuh terisi dan yang menunjukkan setiap kandungan air dimana pori-pori belum terisi penuh. Jadi yang dimaksud dengan kadar air tanah adalah jumlah air yang bila dipanaskan dengan oven yang bersuhu 105oC hingga diperoleh berat tanah kering yang tetap.
Dua fungsi yang saling berkaitan dalam penyediaan air bagi tanaman yaitu memperoleh air dalam tanah dan pengaliran air yang disimpan ke akar-akar tanaman. Jumlah air yang diperoleh tanah sebagian bergantung pada kemampuan tanah yang menyerap air cepat dan meneruskan air yang diterima dipermukaan tanah ke bawah. Akan tetapi jumlah ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar seperti jumlah curah hujan tahunan dan sebaran hujan sepanjang tahun.( Web.Tani Muda.2010. Air Tanah)
Keberadaan air dalam tanah sangat penting, karena kekurangan maupun kelebihan air akan memberi pengaruh buruk bagi tanaman. Untuk itu kita perlu mengetahui kadar air dalam tanah. Sehubungan dengan ketersedian air bagi tanaman, terdapat faktor yang penting yaitu penahanan air tanah. Secara praktis air yang tertahan mempengaruhi kapasitas air untuk menyimpan air, ketersediaan air tanah bagi tanaman dan organisme lain.(Nurhidayati. 2006 Penuntun Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah.)



1.2  Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sbb :
a.       Untuk mengetahui cara pengukuran kadar air pada tanah.
b.      Untuk mengetahui berapa kadar air yang terdapat pada tanah yang dalam keadaan jenuh, kapasitas lapang dan kering udara.
c.       Mengetahui perbandingan kadar air pada tanah yang dalam keadaan jenuh, kapasitas lapang dan kering udara.























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Tanah dan Kadar Air Tanah.
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit dilakukan,sedangkan kdar air tanah adalah jumlah air yang terkandung didalam tanah per satuan tertentu (satuan volume atau massa). (Air tanah-Wikipedia Indonesia)
Air terdapat di dalam tanah ditahan (diserap) oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Baik kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Fungsi air tanah yaitu sebagai pembawa unsur hara dalam tanah serta keseluruhan bagian tanaman. Kadar air selalu berubah sebagai respon terhadap faktor-faktor lingkungan dan gaya gravitasi. Karena itu contoh tanah dengan kadar air harus disaring, diukur, dan biasanya satu kali contoh tanah akan dianalisis untuk penerapan suatu sifat. (Blogspot.com.2010. Air Tanah dan Kadar Air Tana)
Jumlah air yang ditahan oleh tanah dapat dinyatakan atas dasar berat dan isi. Pada umunya, dasar penentuannya adalah pengukuran kehilangan berat dari suatu contoh tanah yang lebih lembab setelah dikeringkan pada suhu 105oC selama 24 jam. Kehilangan berat sama dengan berat air yang terdapat dalam contoh tanah. Kadar air (0) dihitung secara gravimetrik dengan satuan g / g, yaitu berat air yang terdapat di dalam suatu massa tanah kering (0 = tanah lembab-berat kering oven) atau satuan persen (%).(Tani Muda. 2010. Air Tanah.)
Kadar air tanah dapat dinyatakan dengan persen volume (apabila pengukurannya menggunakan metode Volumetri) dan persen massa (apabila pengukurannya menggunakan metode Grafimetri). Rumus pengukuran air dengan metode Volumetri dan Grafimetri adalah sbb:
 


        (Nurhidayati,2006, Bahan Ajar Dasar-dasar Ilmu Tanah)

2.2 Kadar Air Tanah Juga di Pengaruhi oleh Tekstur Tanah.
Tekstur tanah yang berbeda mempunyai kemampuan menahan air yang berbeda pula. Tanah bertekstur halus, contohnya: tanah bertekstur liat, memiliki ruang pori halus yang lebih banyak, sehingga berkemampuan menahan air lebih banyak. Sedangkan tanah bertekstur kasar, contohnya: tanah bertekstur pasir, memiliki ruang pori halus lebih sedikit, sehingga kemampuan manahan air lebih sedikit pula.

2.3. Penyerapan Air oleh Tanah.
Air terdapat dalam tanah karena ditahan (diserap) oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi. Karena adanya gaya-gaya tersebut maka air dalam tanah dapat dibedakan menjadi:
(1)     Air hidroskopik, adalah air yang diserap tanah sangat kuat sehingga tidak dapat digunakan tanaman, kondisi ini terjadi karena adanya gaya adhesi antara tanah dengan air. Air hidroskopik merupakan selimut air pada permukaan butir-butir tanah.
(2)     Air kapiler, adalah air dalam tanah dimana daya kohesi (gaya tarik menarik antara sesama butir-butir air) dan daya adhesi (antara air dan tanah) lebih kuat dari gravitasi. Air ini dapat bergerak secara horisontal (ke samping) atau vertikal (ke atas) karena gaya-gaya kapiler. Sebagian besar dari air kapiler merupakan air yang tersedia (dapat diserap) bagi tanaman.

2.4 Jumlah Air yang Tersedia Bagi Tanaman.
Dalam menentukan jumlah air tersedia bagi tanaman beberapa istilah dibawah ini perlu dipahami, yaitu:
(1)   Kapasitas Lapang: adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Air yang dapat ditahan oleh tanah tersebut terus menerus diserap oleh akar-akar tanaman atau menguap sehingga tanah makin lama semakin kering. Pada suatu saat akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air tersebut sehingga tanaman menjadi layu (titik layu permanen).
(2)   Titik Layu Permanen: adalah kandungan air tanah dimana akar-akar tanaman mulai tidak mampu lagi menyerap air dari tanah, sehingga tanaman menjadi layu. Tanaman akan tetap layu baik pada siang ataupun malam hari.
(3)   Air Tersedia: adalah banyaknya air yang tersedia bagi tanaman, yaitu selisih antara kadar air pada kapasitas lapang dikurangi dengan kadar air pada titik layu permanen.
Kandungan air pada kapasitas lapang ditunjukkan oleh kandungan air pada tegangan 1/3 bar, sedangkan kandungan air pada titik layu permanen adalah pada tegangan 15 bar. Air yang tersedia bagi tanaman adalah air yang terdapat pada tegangan antara 1/3 bar sampai dengan 15 bar. Banyaknya kandungan air dalam tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air (moisture tension) dalam tanah tersebut. Besarnya tegangan air menunjukkan besarnya tenaga yang diperlukan untuk menahan air tersebut di dalam tanah. Tegangan diukur dalam bar atau atmosfir atau cm air atau logaritma dari cm air yang disebut pF. Satuan bar dan atmosfir sering dianggap sama karena 1 atm = 1,0127 bar.
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau liat. Kondisi kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. (Tani Muda. Air Tanah.2010)
Air tanah ditahan oleh partikel tanah dengan beberapa tingkatan sebagai berikut :
(1)   Kapasitas Penahanan Makksimum (Jenuh)
(2)   Kapasitas Lapang
(3)   Koefisien Layu
(4)   Koefisien Higroskopis.
Kalau pemberian air di permukaan tanah baik melalui air hujan ataupun irigasi masih terus berlangsung hingga seluruh ruang pori tanah baik makro maupun mikro terisi oleh air dan udara terdesak keluar selanjutnya membasahi bagian bawah tanah, terjadi pergerakan air ke bawah, kondisi ini disebut kondisi jenuhair (kapasitas penahan maksimum) lalu bila pemberian air dihentikan, masih akan terjadi pergerakan air ke bawah. Setelah sehari pergerakan kebawah praktis berhenti dan sebagian ruang pori mekro terisi oleh udara, air berada pada ruang pori mikro dan pori kapiler ini lah yang disebut dengan kondisi kapasitas lapang. Air Air yang mengisi ruang pori makro tidak lagi tertahan,sebagian lagi menguap dan  sebagian lagi diserap oleh tanaman,diganti oleh udara tanah yang mengisi pori mikro.sedangkan pada pori mikro masih terdapat air yang dapat diambil oleh tanaman  dan organisme lain.pergerakan air kebawah secara cepat terhenti,tetapi pergerakan air secara lambat masih berlangsung ,yakni merupakan pergerakan kapiler yang berlangsung dalam pori mikro.bila kondisi ini berlangsung terus maka tanaman akan menyerap arir dengan cepat,dan menurunkan jumlah air  dalam tanah.begitu tanah mongering,tanaman akan memperlihatkan pengaruh kekeringan (layu),baik siang hari maupun malam hari.pada keadaan ini air tanah dikatakan berada pada koefisien layu.bila kita oven,tanah itu akan kehilanga air yang berupa cairan dan pori mikro terkecil.sisa air yang tinggal merupakan air yang terdapat pada permukaan koloid,air itu terikat kuatdan tidak lagi bersifat seperti cairan.kodisi ini disebt kondisi higropkopis.
Sebagian besar data laboratorium  baik fisika maupun kimia dinyatakan dengan dasar tanah kering oven.untuk persentase dari contoh tanah kering udara yang akan dianalisa harus ditantukan.akan tetapi penentuan dri persentase ini agak mustahil,karena memerlukan pemishan air menjadi bagian dari air tanah,dan merupakan padatan tanah ,organic maupun anorganik,serta komponen tanah lainnya seperti mineral.untuk alasan ini,suatu metode yang berbeda,dan tampaknya tidak satu pun metode yang dapat menghasilkan data yang tepat untuk semua tanah.kadar air tanah dapat dinyatakan secara gravimetric (% berat) dan volumetric (% volume) keduanya menggunakan contoh tanah yang berbeda.(Nurhidayati. 2006 Penuntun Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah.)

2.5 Fungsi Air Bagi Pertumbuhan Tanaman.
Beberapa fungsi air bagi pertumbuhan tanaman adalah:
(1)   Sebagai unsur hara tanaman: Tanaman memerlukan air dari tanah bersamaan dengan kebutuhan CO2 dari udara untuk membentuk gula dan karbohidrat dalam proses fotosintesis.
(2)   Sebagai pelarut unsur hara: Unsur-unsur hara yang terlarut dalam air diserap oleh akar-akar tanaman dari larutan tersebut.
(3)   Sebagai bagian dari sel-sel tanaman: Air merupakan bagian dari protoplasma sel tanaman.

Faktor – faktor yang mempengaruhi ketersediaan air tanah yaitu :
(1)   Tekstur tanah
(2)   Kadar bahan organic tanah
(3)   Senyawa kimia
(4)   Kedalaman solum
selain faktor diatas ketersediaan air tanah juga dipengaruhi oleh iklim dan tanaman ,factor iklim yang berpengaruh meliputi curah hujan,temperatur,dan kecepatan angin,yang pada prinsipnya terkait dengan suplai air dan evapotranspirasi.Faktor tanaman yang berpengaruh meliputi bentuk dan kedalaman perakaran,toleransi terhadap kekeringan,serta tingkat dan stadia pertumbuhan,yang pada prinsipnya terkait dengan kebutuhan air tanaman.(Hanafiah K.A. 2005. hal 115- 117 )
















BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1  Alat dan Bahan.
·         Beaker glass 250 cc      
·         Kertas saring/tissu
·         Pipa kapiler
·         Plastik (lembaran)
·         Karet gelang
·         Timbangan
·         Contoh tanah biasa
·         Hand sprayer
·         Kaleng oven
·         Oven
3.2    Cara Kerja
3.2.1 Menentukan Kadar Air Tanah Kering Udara.
·         Pertama-tama dilakukan  penimbangan kaleng oven, selanjutnya tanah yang tersedia dihaluskan lalu dimasukan kedalam kaleng oven kemudian dilakukan penimbangan tanah beserta kalengnya.
·         Biarkan selama satu hari, setelah itu dilakukan pengovenan selama 24 jam pada suhu oven 105oC.
·         Setelah 24 jam keluarkan tanah yang di oven lalu dilakukan penimbangan kembali.
3.2.2  Menentukan Kadar Air Tanah Jenuh.
·         Langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang kaleng oven yang akan digunakan untuk wadah sampel.
·         Langkah selanjutnya adalah menyiapkan beaker glass dan meletakan kertas saring/tissu di dasar beaker glass .
·         Tanah yang sudah dihaluskan kemudian dimasukan kedalam beaker glass hingga 250 cc, lalu tanah dibasahi dengan cara menyemprotkan air  hingga air meresap sampai 1/3 bagian.
·         Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel dengan langsung mengambil tanah bagian atas (tanah pada beaker glass yang masih jenuh akan air).
·         Kemudian tanah tersebut dimasukan kedalam kaleng oven dan ditimbang.
·         Biarkan selama satu hari kemudian oven selama 24 jam  pada suhu oven 105oC.
·         Setelah 24 jam tanah yang di oven dikeluarkan lalu dilakukan penimbangan kembali
3.2.3 Menentukan Kadar Air Kapasitas lapang.
·         Sampel tanah sisa dari percobaan 3.2.2 (cara kerja 3.2.2) yang ada pada beaker glass dipasang pipa kapiler ditengahnya lalu tutupi permukaan beaker glass dengan plastik (keciali pipa kapiler) dan eratkan dengan karet.
·         Kemudian dibiarkan tanah selama satu hari, lalu setelah satu hari penutup plastiknya dibuka.
·         Selanjutnya dilakukan penimbangan kaleng oven yang akan digunakan sebagai wadah.
·         Setelah  penimbangan kaleng oven selesai dilakukanlah pengambilan sampel tanah dan diletakan di dalam kaleng oven, lalu dilakukan penimbangan.
·         Pekerjaan selanjutnya adalah mengoven sampel tanah tersebut selama 24 jam pada suhu oven 105oC
·         Setelah 24 jam tanah yang di oven dikeluarkan dan kemudian dilakukan penimbangan kembali.





           











BAB IV
HASIL PENGAMATAN.

Hasil atau data yang didapat pada pengamatan dilaboratorium disajikan pada tabel berikut :
    Tabel 1. Hasil pengamatan.
Sample
Berat Kaleng
Berat Tanah+Kaleng (SO)
Berat Tanah+Kaleng (KO)
Jenuh
3,43
24,41
17,27
Kapasitas Lapang
3,54
22,38
18,61
Kering udara
3,51
23,92
22,36


BAB V
PERHITUNGAN

   Dari data diatas maka dapat kita cari :
a.      Berat Tanah (SO dan KO)
Berat tanah SO = (Berat tanah SO+Berat kaleng n ) – berat kaleng n.
Berat tanah KO = (Berat tanah KO+Berat kaleng n) – berat kaleng n.
Jadi :
·         Sampel jenuh
Berat tanah SO            = 24,41 - 3,43 = 20,98
Berat tanah KO           = 17,27 – 3,34 = 13,84
·         Sampel Kapasitas Lapang
Berat tanah SO            = 22,38 - 3,54 = 18,84
Berat tanah KO           = 18,61 - 3,54 = 15,07
·         Sampel Kering Udara
Berat tanah SO            = 23,92 - 3,51 = 20,41
Berat tanah KO           =  22,36- 3,51 = 18,85
b.      Berat Air Tanah
Berat air tanah dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Berat Air = Berat tanah SO – Berat tanah KO.
Jadi :
·         Berat air Sampel jenuh                        : 20,98 – 13,84 =7,14
·         Berat air Sampel Kapasitas lapang      : 18,84 – 15,07 = 3,77
·         Berat air Sampel Kering udara            : 20,41 – 18,85 = 1,56

c.       Kadar Air Persen Massa

Massa Air
 
Rumus penghitungan Kadar Air persen massa adalah sebagai berikut :

X 100 (%)
 

KA % Massa =
 

Massa Padatan
 
 

                Atau sama juga dengan rumus sebagai berikut :
 


            Jadi :
·        

13,84
 

KA % Massa =
 

20,98 – 13,84
13,84

 

X 100 (%)
 
Sampel Jenuh



= 51,59 %

·         Sampel Kapasitas Lapang
 



= 25,02 %       

·         Sampel Kering udara
 



= 8,28 %




            Tabel 2. Hasil perhitungan.
Sample
Berat Kaleng
Berat Tanah+Kaleng (SO)
Berat Tanah+Kaleng (KO)
Berat Tanah (SO)
Berat Tanah (KO)
Berat Air
KA Tanah (% massa)
Jenuh
3,43
24,41
17,27
20,98
13,84
7,14
51,59
Kapasitas Lapang
3,54
22,38
18,61
18,84
15,07
3,77
25,02
Kering udara
3,51
23,92
22,36
20,41
18,85
1,56
8,28

Data pengamatan
 
   Keterangan.

Hasil perhitungan
 
 



















BAB VI
PEMBAHASAN
Ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi:
1.      Faktor yang mempengaruhi kadar air tanah adalah :
·         Banyaknya curah hujan atau suplay air, ini berkorelasi positif terhadap kadar air tanah semakin banyak curah hujan maka kadar air tanah akan semakin banyak pula, namun ini juga sangat bepengaruh pada kemampuan tanah memegang air.
·         Kemampuan tanah memegang air, semakin baik kemampuan tanah memegang air maka air yang tersimpan pada tanah (KA tanah) juga akan semakin banyak/tinggi.
Kemampuan tanah memegang air dipengaruhi oleh :
ü    Kandungan bahan organik, semakin banyak bahan organik maka kemampua tanah menyimpan air akan semakin baik.
ü   Tekstur tanah, tekstur tanah juga mempengaruhi pori-pori tanah, tanah yang kasar akan lebih banyak memiliki pori makro daripada tanah denngan tekstur halus sehingga daya penyimpanan airnya lebih rendah daripada tanah dengan tekstur halus.
·         Besarnya evaporasi, semakin besar tingkan evaporasi maka akan semakin banyak air yang hilang dari tanah sehingga KA tanah akan berkurang.
·         Senyawa kimia, semakin banyak senyawa kimia pada tanah maka kadar air tanah akan semakin menurun.
·         Topografi, topografi mempengaruhi penyerapan air pada tanah, pada tipografi yang datar air akan cepat terseram oleh tanah dan penyerapannya merata, pada topografi lereng maka air yang terserap oleh tanah akan lebih sedikit karena air bergerak bebas (mengalir) sedang pada topografi cekung apabila ada air maka tanah dibawahnya akan jenuh oleh air dan bahkan berlebihan (air akan menggenang)
Karena faktor-faktor diatas maka sangat mungkin terdapat perbedaan KA tanah sehingga berdasarkan perbedaan tanah dalam  menahan air maka air tanah yang tertahan dapat digolongkan menjadi beberapa tingkatan yaitu, jenuh, kapasitas lapang dan kering udara.


1.      KA Tanah pada Kondisi Jenuh.
Berdasarkan pengamatan, Tanah dalam keadaan jenuh memiliki angka KA yang paling tinggi dibanding tanah dalam kondisi kapasitas lapang dan kering udara, ini dikarenakan pada kondisi jenuh, seluruh pori-pori (pori makro, messo, dan mikro) atau ruang pada tanah dipenuhi/terisi oleh air. Sedangkan pada kapasitas lapang dan kering udara tidak semua pori-pori tanahnya di penuhi/terisi air.
2.      KA Tanah pada Kondisi kapasitas lapang.
Tanah dalam kondisi kapasitas lapang memiliki angka KA yang lebih rendah dari pada KA pada tanah dalam konisi jenuh namun lebih tinggi daripada KA tanah dalam kondisi kering udara, ini dikarenakan pada kondisi kapasitas lapang sebagian ruang pori makro sudah terisi udara akibat dari menguapnya sebagian air pada pori-pori makro itu, namun pada ruang pori mikro dan messo masih terisi air. 
3.      KA Tanah pada Kondisi kering udara.
Tanah dalam keadaan kering udara memiliki angka KA paling rendah dibanding KA pada tanah yang dalam keadaan jenuh dan kapasitas lapang ini dikarenakan pada kondisi kering udara air hanya tersedia pada pori mikronya saja sedang air pada pori makro dan meso telah menguap dan digantikan/terisi udara.














BAB VII
KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa :
1.      Kadar air tanah dalam kondisi jenuh : 51,59 % kapasitas lapang : 25,02 % dan kering udara : 8,28 %
2.      Kadar air tertinggi terdapat pada tanah dalam kondisi jenuh
3.      Kadar air pada tanah yang dalam kondisi kapasitas lapang memiliki kadar air yang lebih rendah dari pada kadar air pada tanah dalam keadaan jenuh namun lebih tinggi daripada kadar air yang terdapat pada tanah dalam keadaan kering udara.
4.      Kadar air tanah pada tanah dalam keadaan kering udara lebih rendah dibanding kadar air pada tanah dalam kondisi jenuh dan kapasitas lapang.
5.      Faktor yang mempengaruhi kadar air tanah adalah :
·         Banyaknya curah hujan atau Suplay air.
·         Kemampuan tanah menahan air.(dipengaruhi oleh kadar bahan organik dan tekstur)
·         Besarnya evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan melalui vegetasi).
·         Senyawa kimiawi atau kandungan garam-garam.
·         Topografi.













Daftar Pustaka.

Blogspot. 2010. Air Tanah dan Kadar Air Tana(http://uftoriwasit.blogspot.com/2010/10/air-tanah-dan-kadar-air-tanah.html). Akses 05 November 2010.

Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah.Jakarta; Rajawali Pers. Hal 115-117.

Nurhidayati. 2006. Bahan Ajar Dasar-dasar Ilmu Tanah. Malang; Universitas Islam Malang. Halaman 64.

Nurhidayati. 2006. Penuntun Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah . Malang; Universitas Islam Malang. Halaman 22-23.

Tani Muda. Air Tanah.2010. (http://wahyuaskari.wordpress.com/literatur/kadar-air-tanah/). Akses 05 November 2010.

­Wiki pedia. Air tanah.(http://id.wikipedia.org/wiki/Air_Tanah).2010. Akses tgl 05 November 2010.