PUPUK HIJAU
TITHONIA DIVERSIFOLIA
Pupuk hijau adalah tanaman atau bagian - bagian yang masih muda yang dibenamkan kedalam tanah dengan tujuan untuk
menambah bahan organik dan unsur hara terutama nitrogen kedalam tanah. Biasanya
untuk pupuk hijau sering digunakan jenis tanaman legum, karena kandungan
nitrogenya relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanaman lainya
(Nurhajati Hakim, 1986).
Pemilihan tanaman yang cocok untuk pupuk hijau harus dapat memenuhi
beberapa syarat antara lain : (1) cepat tumbuh dan dapat menghasilkan banyak
bahan organik, (2) tidak banyak mengandung kayu, (3) mudah busuk, (4) banyak
mengandung nitrogen dan (5) dapat tumbuh pada tanah yang kurus serta kurang
subur dan tanah kekeringan (Nurhajati Hakim, 1986).
Bahan organik dapat disediakan di kebun melalui teknik
pertanaman lorong, yaitu menanami sebagian lahan dengan tanaman leguminosa
perdu dalam barisan atau pagar. Secara periodik, tanaman tersebut dipotong atau
dipangkas dan pangkasannya digunakan sebagai mulsa atau pupuk hijau. Lahan di
antara tanaman pagar dapat ditanami tanaman pangan. Pertanaman lorong dengan
tanaman pagar dapat meningkatkan produktivitas lahan karena: (1) menghasilkan
mulsa, (2) mendaur hara dari lapisan bawah ke lapisan atas, (3) menekan
pertumbuhan gulma, 4) mencegah erosi, dan (5) menurunkan aliran permukaan
(Wiwik Hartatik, 2007).
Salah satu jenis tanaman legum yang dapat tumbuh baik
pada tanah yang kurang subur adalah Tithonia diversifolia atau
bunga matahari Meksiko. Tanaman ini telah menyebar hampir di seluruh dunia, dan
sudah dimanfaatkan sebagai sumber hara N dan K oleh petani di Kenya, namun di
Indonesia belum banyak dimanfaatkan. Tithonia banyak tumbuh sebagai
semak di pinggir jalan, tebing, dan sekitar lahan pertanian (Wiwik Hartatik,
2007).
Tithonia dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk hijau dan sumber bahan organik tanah melalui teknik pertanaman
lorong atau tanaman pembatas kebun. Tithonia merupakan salah satu sumber
pupuk hijau yang murah. Tanaman dapat memperbanyak diri secara generatif dan vegetatif,
yaitu dari akar dan setek batang atau tunas, sehingga dapat tumbuh cepat
setelah dipangkas(Wiwik Hartatik, 2007).
Menurut Wiwik Hartatik (2007) Daun Tithonia kering
mengandung N 3,5-4,0%, P 0,35-0,38%, K 3,5- 4,1%, Ca 0,59%, dan Mg 0,27%.
Tanaman jagung yang dipupuk Tithonia setara 60 kg N/ha menghasilkan
jagung pipilan kering 4 t/ ha, sedangkan bila dipupuk urea 60 kg N/ha hasilnya
hanya 3,7 t/ha. Pupuk hijau dari Tithonia juga dapat mensubstitusi pupuk
KCl. Dan Tithonia dapat menghasilkan bahan kering 1,75-2,0 kg/m2/tahun.
Kadar N total pangkasan Tithonia berkisar antara 2,9-3,9% atau rata-rata
3,16% sehingga dapat menghasilkan N 65 g/m2/tahun.
Menurut Gusmini, Nurhajati Hakim, Eti Farda Husin
(2003) pemberian tithonia sebagai sumber hara N dan K untuk
mensubstitusi NK- pupuk buatan dapat memperbaiki sifat kimia tanah. Pemberian tithonia
segar sebanyak 1100 g/ 10 kg tanah, selain sebagai sumber 5 g N dan 4,5 g K
juga dapat meningkatkan P-tersedia (8,1 ppm), C-Organik (0,79 %), Ca (0,99
cmol.kg-1), Mg (0,40 cmol.kg-1) dan menurunkan Al-dd
(0,75 cmol.kg-1). Kombinasi 68 % NK dari tithonia dan 32 % NK
dari pupuk buatan adalah kombinasi yang terbaik untuk memperoleh pertumbuhan
dan hasil rimpang jahe tertinggi pada Ultisol, yaitu sebanyak 365,72 g/pot (15
ton/ha) untuk panen 4 bulan dan sebesar 669,35 g/pot (27 ton/ha) untuk panen 6
bulan.
Menurut Margo Yuwono (2002) T. diversifolia paling cepat mengalami
mineralisasi dibandingkan dengan pupuk kotoran sapi, C. muconoides dan C.
pubescens, dan mencapai puncaknya pada 4 minggu setelah perlakuan Dengan
demikian penggunaan T. diversifolia sebagai pupuk organik sangat
potensial, karena memenuhi kriteria tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan T.
diversifolia memberikan hasil yang tertinggi terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar