Sabtu, 09 November 2013

PUPUK HIJAU (TITHONIA DIVERSIFOLIA)

PUPUK HIJAU TITHONIA DIVERSIFOLIA

Pupuk hijau adalah tanaman atau bagian - bagian yang masih muda yang dibenamkan kedalam tanah dengan tujuan untuk menambah bahan organik dan unsur hara terutama nitrogen kedalam tanah. Biasanya untuk pupuk hijau sering digunakan jenis tanaman legum, karena kandungan nitrogenya relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanaman lainya (Nurhajati Hakim, 1986).
Pemilihan tanaman yang cocok untuk pupuk hijau harus dapat memenuhi beberapa syarat antara lain : (1) cepat tumbuh dan dapat menghasilkan banyak bahan organik, (2) tidak banyak mengandung kayu, (3) mudah busuk, (4) banyak mengandung nitrogen dan (5) dapat tumbuh pada tanah yang kurus serta kurang subur dan tanah kekeringan (Nurhajati Hakim, 1986).
Bahan organik dapat disediakan di kebun melalui teknik pertanaman lorong, yaitu menanami sebagian lahan dengan tanaman leguminosa perdu dalam barisan atau pagar. Secara periodik, tanaman tersebut dipotong atau dipangkas dan pangkasannya digunakan sebagai mulsa atau pupuk hijau. Lahan di antara tanaman pagar dapat ditanami tanaman pangan. Pertanaman lorong dengan tanaman pagar dapat meningkatkan produktivitas lahan karena: (1) menghasilkan mulsa, (2) mendaur hara dari lapisan bawah ke lapisan atas, (3) menekan pertumbuhan gulma, 4) mencegah erosi, dan (5) menurunkan aliran permukaan (Wiwik Hartatik, 2007).
Salah satu jenis tanaman legum yang dapat tumbuh baik pada tanah yang kurang subur adalah Tithonia diversifolia atau bunga matahari Meksiko. Tanaman ini telah menyebar hampir di seluruh dunia, dan sudah dimanfaatkan sebagai sumber hara N dan K oleh petani di Kenya, namun di Indonesia belum banyak dimanfaatkan. Tithonia banyak tumbuh sebagai semak di pinggir jalan, tebing, dan sekitar lahan pertanian (Wiwik Hartatik, 2007).
Tithonia dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau dan sumber bahan organik tanah melalui teknik pertanaman lorong atau tanaman pembatas kebun. Tithonia merupakan salah satu sumber pupuk hijau yang murah. Tanaman dapat memperbanyak diri secara generatif dan vegetatif, yaitu dari akar dan setek batang atau tunas, sehingga dapat tumbuh cepat setelah dipangkas(Wiwik Hartatik, 2007).
Menurut Wiwik Hartatik (2007) Daun Tithonia kering mengandung N 3,5-4,0%, P 0,35-0,38%, K 3,5- 4,1%, Ca 0,59%, dan Mg 0,27%. Tanaman jagung yang dipupuk Tithonia setara 60 kg N/ha menghasilkan jagung pipilan kering 4 t/ ha, sedangkan bila dipupuk urea 60 kg N/ha hasilnya hanya 3,7 t/ha. Pupuk hijau dari Tithonia juga dapat mensubstitusi pupuk KCl. Dan Tithonia dapat menghasilkan bahan kering 1,75-2,0 kg/m2/tahun. Kadar N total pangkasan Tithonia berkisar antara 2,9-3,9% atau rata-rata 3,16% sehingga dapat menghasilkan N 65 g/m2/tahun.
Menurut Gusmini, Nurhajati Hakim, Eti Farda Husin (2003) pemberian tithonia sebagai sumber hara N dan K untuk mensubstitusi NK- pupuk buatan dapat memperbaiki sifat kimia tanah. Pemberian tithonia segar sebanyak 1100 g/ 10 kg tanah, selain sebagai sumber 5 g N dan 4,5 g K juga dapat meningkatkan P-tersedia (8,1 ppm), C-Organik (0,79 %), Ca (0,99 cmol.kg-1), Mg (0,40 cmol.kg-1) dan menurunkan Al-dd (0,75 cmol.kg-1). Kombinasi 68 % NK dari tithonia dan 32 % NK dari pupuk buatan adalah kombinasi yang terbaik untuk memperoleh pertumbuhan dan hasil rimpang jahe tertinggi pada Ultisol, yaitu sebanyak 365,72 g/pot (15 ton/ha) untuk panen 4 bulan dan sebesar 669,35 g/pot (27 ton/ha) untuk panen 6 bulan.
Menurut Margo Yuwono (2002) T. diversifolia paling cepat mengalami mineralisasi dibandingkan dengan pupuk kotoran sapi, C. muconoides dan C. pubescens, dan mencapai puncaknya pada 4 minggu setelah perlakuan Dengan demikian penggunaan T. diversifolia sebagai pupuk organik sangat potensial, karena memenuhi kriteria tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan T. diversifolia memberikan hasil yang tertinggi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.

Senin, 04 November 2013

FASE PERTUMBUHAN PADI


FASE PERTUMBUHAN PADI
Fase Tanaman Padi
Perhatikan fase tumbuhan padi di atas.
Salah satu pendekatan yang baik adalah mengenal fase pertumbuhan tsb. Mengapa? Sebab setiap fase pertumbuhan tanaman memiliki ciri khas tersendiri. Saya ambil contoh varietas padi yang berumur 120 hari.
1. Fase Vegetatif. Fase ini berlangsung sekitar 55-60 hari.
- Fase semai / pembibitan secara umum 20 hss
- Fase vegetatif tanam 35-40 hst.
Di sebagian petani ada yg memulai fase semai sampai 30 hss. Sehingga fase vegetatif tanam menjadi berkurang. Yang seharusnya 35-40 hst menjadi 25-30 hari. Apa yang terjadi? Tanaman kurang berkembang : jumlah anakkan sedikit ( malai juga sedikit). Sebab masa vegetatif tanam yang pendek tak memberikan ruang/waktu bagi tanaman untuk berkembang normal.
Di sebagian petani ada yang memulai fase semai sampai 15 hst. Sehingga fase vegetatif tanam menjadi 40-45 hst. Apa yang terjadi? tanaman bagus berkembang : jumlah anakkan banyak ( malai juga banyak). Sebab memberikan ruang waktu yang optimun buat masa vegetatif ini.
Makanya dengan memakai Sistem Tanam SRI jumlah anakkan banyak (malai banyak) sebab memberi ruang waktu yang optimun di masa vegetatif. Dengan fase semai sekitar 7 hss, sisanya waktu fase vegetatif tanama akan maksimal bagi perkembangan tanaman.
Bagaimana Umur Padi Genjah ?
Untuk umur padi yang lebih genjah seperti Inpari maka umur semai harus diperhatikan betul. Untuk inpari 10 yang berumur 108-116 hari dan varietas sejenis, diusahakan pindah tanam di bawah umur 18 hss.
Untuk Inpari 13, inpari 19 dan sejenisnya, diusahakan pindah tanam bibit di bawah umur atau sama dengan 15 hss.
Walaupun varietas dengan umur genjah, perkembangan fase vegetatif tanam harus diperhatikan.
2. Fase Generatif. Fase ini berlangsung sekitar 60-65 hari. Secara umum dibagi kedalam :
- Fase Reproduktif 30 hari dan
- Fase Pematangan 30-35 hari
Untuk memahami lebih jelas memahami fase pertumbuhan tanaman padi, ada tulisan bagus yang akan dikemukakan. http://pejuang-pangan.blogspot.com/2011/07/fase-stadia-pertumbuhan-tanaman-padi.html
1. Fase vegetatif adalah awal pertumbuhan tanaman, mulai dari perkecambahan benih sampai primordia bunga (pembentukan malai).
- Tahap Perkecambahan benih (germination)
Pada fase ini benih akan menyerap air dari lingkungan (karena perbedaan kadar air antara benih dan lingkungan), masa dormansi akan pecah ditandai dengan kemunculan radicula dan plumule.
Faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih adalah kelembaban, cahaya dan suhu. Petani biasanya melakukan perendaman benih selama 24 jam kemudian diperam 24 jam lagi. Tahan perkecambahan benih berakhir sampai daun pertama muncul dan ini berlangsung 3-5 hari.
- Tahap Pertunasan (seedling stage)
Tahap pertunasan mulai begitu benih berkecambah hingga menjelang anakan pertama muncul. Umumnya petani melewatkan tahap pertumbuhan ini di persemaian. Pada awal di persemaian, mulai muncul akar seminal hingga kemunculan akar sekunder (adventitious) membentuk sistem perakaran serabut permanen dengan cepat menggantikan radikula dan akar seminal sementara.
Di sisi lain tunas terus tumbuh, dua daun lagi terbentuk. Daun terus berkembang pada kecepatan 1 daun setiap 3-4 hari selama tahap awal pertumbuhan sampai terbentuknya 5 daun sempurna yang menandai akhir fase ini.
Dengan demikian pada umur 15 – 20 hari setelah sebar, bibit telah mempunyai 5 daun dan sistem perakaran yang berkembang dengan cepat. Pada kondisi ini, bibit siap dipindahtanamkan.
- Tahap Pembentukan anakan (tillering stage)
Setelah kemunculan daun kelima, tanaman mulai membentuk anakan bersamaan dengan berkembangnya tunas baru. Anakan muncul dari tunas aksial (axillary) pada buku batang dan menggantikan tempat daun serta tumbuh dan berkembang.
Bibit ini menunjukkan posisi dari dua anakan pertama yang mengapit batang utama dan daunnya. Setelah tumbuh (emerging), anakan pertama memunculkan anakan sekunder, demikian seterusnya hingga anakan maksimal.
Pada fase ini, ada dua tahapan penting yaitu pembentukan anakan aktif kemudian disusul dengan perpanjangan batang (stem elongation). Kedua tahapan ini bisa tumpang tindih, tanaman yang sudah tidak membentuk anakan akan mengalami perpanjangan batang, buku kelima dari batang di bawah kedudukan malai, memanjang hanya 2-4 cm sebelum pembentukan malai.
Sementara tanaman muda (tepi) terkadang masih membentuk anakan baru, sehingga terlihat perkembangan kanopi sangat cepat. Secara umum, fase pembentukan anakan berlangsung selama kurang lebih 30 hari.
Pada tanaman yang menggunakan sistem tabela (tanam benih langsung) periode fase ini mungkin tidak sampai 30 hari karena bibit tidak mengalami stagnasi seperti halnya tanaman sistem tapin yang beradaptasi dulu dengan lingkungan barunya sesaat setelah pindah tanam.
Penggunaan pupuk nitrogen (urea) berlebihan atau waktu aplikasi pemupukan susulan yang terlambat memicu pembentukan anakan lebih lama (lewat 30 hst), namun biasanya anakan yang terbentuk tidak produktif.
2. FASE GENERATIF. Fase ini berlangsung sekitar 55-60 hari.
A. Fase Reproduktif
Tahap Inisiasi Bunga / Primordia (Panicle Initiation)
Perkembangan tanaman pada tahapan ini diawali dengan inisiasi bunga (panicle initiation). Bakal malai terlihat berupa kerucut berbulu putih (white feathery cone) panjang 1,0-1,5 mm.
Pertama kali muncul pada ruas buku utama (main culm) kemudian pada anakan dengan pola tidak teratur. Ini akan berkembang hingga bentuk malai terllihat jelas sehingga bulir (spikelets) terlihat dan dapat dibedakan.
Malai muda meningkat dalam ukuran dan berkembang ke atas di dalam pelepah daun bendera menyebabkan pelepah daun menggembung (bulge). Penggembungan daun bendera ini disebut bunting sebagi tahap kedua dari fase ini (booting stage).
- Tahap Bunting (booting stage)
Bunting terlihat pertama kali pada ruas batang utama. Pada tahap bunting, ujung daun layu (menjadi tua dan mati) dan anakan non-produktif terlihat pada bagian dasar tanaman.
- Tahap Keluar Malai (heading stage)
Tahap selanjutnya dari fase ini adalah tahap keluar malai. Heading ditandai dengan kemunculan ujung malai dari pelepah daun bendera. Malai terus berkembang sampai keluar seutuhnya dari pelepah daun.
Akhir fase ini adalah tahap pembungaan yang dimulai ketika serbuk sari menonjol keluar dari bulir dan terjadi proses pembuahan.
- Tahap Pembungaan (flowering stage)
Pada pembungaan, kelopak bunga terbuka, antera menyembul keluar dari kelopak bunga (flower glumes) karena pemanjangan stamen dan serbuksari tumpah (shed). Kelopak bunga kemudian menutup. Serbuk sari atau tepung sari (pollen) jatuh ke putik, sehingga terjadi pembuahan.
Struktur pistil berbulu dimana tube tepung sari dari serbuk sari yang muncul (bulat, struktur gelap dalam ilustrasi ini) akan mengembang ke ovary.
Proses pembungaan berlanjut sampai hampir semua spikelet pada malai mekar. Pembungaan terjadi sehari setelah heading. Pada umumnya, floret (kelopak bunga) membuka pada pagi hari. Semua spikelet pada malai membuka dalam 7 hari. Pada pembungaan, 3-5 daun masih aktif.
Anakan pada tanaman padi ini telah dipisahkan pada saat dimulainya pembungaan dan dikelompokkan ke dalam anakan produktif dan nonproduktif.
Fase reproduktif yang diawali dari inisiasi bunga sampai pembungaan (setelah putik dibuahi oleh serbuk sari) berlangsung sekitar 35 hari. Pemberian zat pengatur tumbuh atau penambahan hormon tanaman (pythohormon) berupa gibberlin (GA3) dan pemeliharaan tanaman dari serangan penyakit sangat diperlukan pada fase ini.
Perbedaan lama periode fase reproduktif antara padi varietas genjah maupun yang berumur panjan tidak berbeda nyata. Ketersediaan air pada fase ini sangat diperlukan, terutama pada tahap terakhir diharapkan bisa tergenang 5 – 7 cm.
B. Fase Pemasakan / Pematangan
- Tahap matang susu ( Milk Grain Stage )
Pada tahap ini, gabah mulai terisi dengan bahan serupa susu. Gabah mulai terisi dengan larutan putih susu, dapat dikeluarkan dengan menekan/menjepit gabah di antara dua jari. Malai hijau dan mulai merunduk.
Pelayuan (senescense) pada dasar anakan berlanjut. Daun bendera dan dua daun di bawahnya tetap hijau. Tahap ini paling disukai oleh walang sangit. Pada saat pengisian, ketersediaan air juga sangat diperlukan. Seperti halnya pada fase sebelumnya, pada fase ini diharapkan kondisi pertanaman tergenang 5 – 7 cm.
- Tahap gabah ½ matang (dough grain stage)
Pada tahap ini, isi gabah yang menyerupai susu berubah menjadi gumpalan lunak dan akhirnya mengeras. Gabah pada malai mulai menguning. Pelayuan (senescense) dari anakan dan daun di bagian dasar tanaman nampak semakin jelas. Pertanaman terlihat menguning. Seiring menguningnya malai, ujung dua daun terakhir pada setiap anakan mulai mengering.
- Tahap gabah matang penuh (Mature Grain Stage)
Setiap gabah matang, berkembang penuh, keras dan berwarna kuning. Tanaman padi pada tahap matang 90 – 100 % dari gabah isi berubah menjadi kuning dan keras. Daun bagian atas mengering dengan cepat (daun dari sebagian varietas ada yang tetap hijau).
Sejumlah daun yang mati terakumulasi pada bagian dasar tanaman. Berbeda dengan tahap awal pemasakan, pada tahap ini air tidak diperlukan lagi, tanah dibiarkan pada kondisi kering. Periode pematangan, dari tahap masak susu hingga gabah matang penuh atau masak fisiologis berlangsung selama sekitar 35 hari.