Rabu, 25 Juni 2014

PERLAKUAN DLM PENGELOLAAN BENIH


PERLAKUAN DLM PENGELOLAAN BENIH (PROCESSING)
  1. Memisahkan scr khusus benih dari tanaman sejenis/varietas lain, benih tanaman lain, kotoran yg bercampur.
  2. Memisahkan scr khusus dari benih yg sejenis yg kondisinya belum matang, pecah kulit/cacat, deteriorasi, rusak krn hama dan penyakit.
  3. Memisahkan scr khusus benih utk dikelompokkan berdasarkan besar, bentuk, struktur warna, berat jenis benih.
  4. Memberikan zat-zat kimia pada benih dgn maksud melindungi thd hama dan penyakit atau vigor benih.
>>% Maximum pure live seed  / % Maksimum benih murni hidup
PERLAKUAN DLM PENGELOLAAN BENIH (PROCESSING)
  1. DRYING AND CLEANING, pengeringan dan membersihkan benih dari segala kotoran dan campuran.
  2. GRADING, pemisahan benih atas dasar panjang, lebar, tebal/besar, berat, warna, dan strukturnya.
  3. SEED TREATMENT, perlakuan-perlakuan terhadap benihyg telah kita bersihkan dan telah kita pisahkan.
>>% Maximum pure live seed / % Maksimum benih murni hidup

>>>% Maximum pure live seed  / % Maksimum benih murni hidup  =  % kandungan murni  X  % perkecambahan

>>% Maximum pure live seed / % Maksimum benih murni hidup
a. Jaminan kepada para peneliti, dlm menciptakan varietas unggul dan atau peningkatan hasil yg sangat diharapkan.
b. Kepuasan para pemakai benih, yg selalu mengahrapkan diperolehnya benih yg baik, demi usahataninya dan demi tercapainya peningkatan produk (kuantitas dan kualitas).
c. Kelegaan pada masyarakat dan pemerintah krn dgn benih unggul maka produk pertanian akan meningkat shg tersedia cukup pangan bagi masyarakat, shg tidak perlu menggantungkan pada produk import.
MENGELOMPOKKAN ATAU MENGATUR KUALITAS BENIH
-panjang benih, lebar dan tebal benih, tekstur permukaan benih, gravitas tertentu, warna benih
SEED TREATMENT
  1. Penghilangan bulu-bulu pada benih.
  2. Pemisahan benih dari penghalangnya.
  3. Inokulasi benih (dgn bakteri pembentuk bintil akar).
  4. Pengendalian hama dan penyakit tanaman.
  5. Memecahkan dormansi benih.

PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA


PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA
PEMBUATAN BENIH HIBRIDA
TANAMAN JAGUNG (Zea Mays)
1. PERSIAPAN TANAM
Jagung hibrida menghendaki kondisi tanah yan gembur, subur, dan bebas dari gulma. Pengolahan tanah bertujuan agar tanah menjadi gembur, tidak tergenang air bebas dari gulma pesaing dan tidak terlindungi dari sinar matahari. Persiapan lahan untuk jagung dapat dilakukan dengan dua cara
a. Olah Tanah Sempurna (OTS)
Tanah di bajak atau dicangkul sedalam 15-25 cm dilakukan dua kali kemudian pemukaan lahan digaru sampai rata, setelah itu lahan siap di Tanami. Pada saa pengolahan tanah hendaknya kondisi tanah tidak terlalu basah dan tidak terlalu kerking sehingga mudah dikerjakan tidak terlalu lengket dan mudah digemburkan. Olah tanah sempuna biasanya dilkukan pada tanah bertekstur berat, sedangkan pada tanah yang bertekstur ringan dan berpasir tidak banyak diperlukan pengolahan tanah.
b. Tanpa Olah Tanah (TOT)
Tanah diseprot dengan herbisida kemudian di biarkan selama 1 minggu, kemudian di Tanami benih jagung. Cara TOT lain adalah tanah langsung ditanami tanpa adanya persiapan lahan, tetapi hanya dibuatkan lajur tanam pada barisan yang akan ditanami. Pemberantasan pada gulma dilakukan sebelum benih tumbuh.

2. PENANAMAN
Tiga komponen yang harus diperhatikan dalam penanaman sebagai syarat untuk menghasilkan panen yang tinggi, yaitu:
a. Waktu Tanam
Waktu tanam yang tepat akan mengurangi kegagalan panen dalam kaitannya ketersedian air, serangan hama penyakit dan ketersedian unsur hara.
b. Kedalaman Lubang Tanam
Kedalaman lubang tanam harus diperhatikan agar pertumbuhan tanaman tidak terhambat dan tidak mudah roboh. Lubang tanam dibuat dengan tugal dengan ke dalaman 3-5 cm tergantung kelembapan tanah. apabila tanah cukup lembab kedalaman cukup 3 cm.
c. Jarak Tanam
Dalam kegiatan ini dipersiapkan tambang plastik yang telah diberi jarak 20 cm dalam barisan tanaman, dan antar barisan dibuat ajir sepanjang 75 cm. kemudian lubang yang telah siap diberikan benih 2 biji per lubang hal ini untuk menghindari penyulaman kerena akan membuat tanaman tidak seragam dan akan mempersulit detaselling, kemudian juga dibei furadan sebelum ditutup pupuk dasar langsung dapat diberikan atau ketika tanaman sudah tumbuh. Dalam pelaksanaannya dilapangan akan dihasilkan tanaman jantan dan tanaman betina, hasil dari tanaman betina inilah yang akan dijadikan benih hibrida, yang kemudian akan diperbanyak oleh petani.
Dalam penanamannya tidak berbarengan tetapi dibuat pola untuk baris pertama ditanami tanaman jantan 2 ST (hari sebelum tanam) kemudian dua baris berikutnya tanaman betina 0 HT (hari tanam) dan baris berikutnya 4 HST (hari setelah tanam). Jarak yang digunakan 40 cm antara tanaman jantan dan betina, sedangkan 70 cm untuk tanaman antar betina.
3. PEMELIHARAAN TANAMAN
a. Penyiangan
Adanya gulma kan menurunkan jumlah dan kualitas panen jagung karena gulma akan bersaing dalam hal air, hara, dan udara. Penyiangan dilakukan satu sampai tiga kali dalam satu siklus pertanaman jagung. Pada tanah yang diolah secara sempuran biasanya penyiangan pertama dilakukan pada umur 15 hari, sedangkan pada TOT dilakukan pada umur 21 hari (3 minggu) atau mempertimbangkann kondisi gulma yang ada penyiangan kedua dan ketiga dilihat dari kondisi gulma yang ada kondisi tanaman pada umur 4-6 minggu, penyiangan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, penyiangan secara manual dan dengan cara kimiawi menggunakan herbisida.
b. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan mempertimbangkan kesuburan dan jenis tanah setempat, pemupukan dilakukan dengan cara, membuat lubang dengan tugal pada sebelah kiri dan kanan tanaman dengan jarak 7 cm dan kedalaman lubang 10 cm, setelah dimasukann pupuk lubang ditutup kembali menggunakan tanah. Pemupukan kedua dan ketiga dilakukan sama dengan yang pertama namun jaraknya dari lubang benih 15 cm. pemupukan menggunakan Sp-36, Kcl dan Za diberikan sekaligus pada waktu tanam dan pupuk urea diberikan 2 kali atau 3 kali. Pemupukan kedua pada umur 3 mingggu setelah tanam dan atau 6 minggu setelah tanam. Pemberian tiga kali di utamakan daerah-daerah miskin unsur hara dan daerah berpasir
c. Pengairan
Untuk hasil yang optimal tanaman jagung membutuhkan kebutuhan air yang merata, kebutuhan air terutama untuk berkecambah, pucuk petumbuhan vegetatif, pembungaan dan pengisisan biji. Pengairan di musim kemarau dilakukan selang 2 minggu dengan cara membuat saluran-saluran kecil diantara barisan tanaman atau dua barisan tanaman jagung
d. Pengendalian hama penyakit
Mengetahui jenis dan gejala serangan hama beserta penyakit akan sangat membantu dalam program pengendaliannya dan keberhasilan dalam bertanam jagung hibrida. Hama penyakit yang menyerang tanaman jagung beserta pengendaliannya berdasarkan sistem PHT (pengendalian hama terpadu).
4. POLINASI
A. Kastrasi/Detasseling
Kegiatan pembuangan atau pencabutan bunga pada tanaman betina, dilakukan ketika bunga mula terlihat, hal ini dilakukan agar benang sari tidak menyerbuki putik. Untuk, mendapatkan benih penyerbukan akan dilaksanakan oleh tanaman jantan.
B. Isolasi
Tanaman jagung harus terpisah dari pertanaman varietas lainnya dengan jarak paling dekat 200m, isolasi jarak tersebut dapat diperpendek apabila penangkaran benih terus bertambah, dengan cara menanam induk jantan pada tanaman yang berbatasan dengan blok liannya. Apabila dua verietas blok yang berdampingan dan akan menghasilkan jagung hibrida yang berlainan maka tinggal diatur sedemikian rupa sehingga pada saat berbunganya berbeda kurang lebih 1 bulan agar tidak tejadi persilangan.
5. PANEN
Panen dan pasca panen tanaman memiliki ciri-ciri siap kelobot berwarna kuning, biji sudah tua dan berwarna mengkilap pada buturan jagung sudah terbentuk jaringan tetutup berwarna hitam, dan bila biji jagung tersebut ditekan dengan kuku tangan maka pada bagian jagung tidak akan membekas, pada kondisi ini perkiraan kandungan air sudah 35%. Setelah dipanen jagung agar dibuka agar kadar air tongkol menurun sehingga terhindar dari serangan jamur, pengeringan tongkol hingga kadar air 17-20% hingga mudah dipipil dan segera di jemur hingga kadar air 15 %.
1. Ciri Umur Panen
Tanda – tanda visual yang dapat dipakai sebagai petunjuk bahwa jagung sudah dapat dipanen, yang biasa disebut dengan tingkat kematangan optimal antara lain :
Ø Biji nampak kering dan mengkilat
Ø Apabila biji ditusuk dengan kuku, tidak nampak bekasnya
Ø klobotnya telah menguning.
Tujuan dan pentingnya penetapan waktu panen, antara lain :
a. Meminimalisir risiko penundaan panen akibat musim hujan
b. Menangkal/menghambat tumbuhnya cendawan pada tongkol
c. Menangkal serangan hama pada biji dan ulat pada tongkol
d. Meminimalisir kehilangan saat pemipilan
e. Meminimalisir penyusutan di lapangan, dan sebagainya.
Dua hal yang mempengaruh waktu panen jagung yaitu derajat masak dan iklim/cuaca. Derajat masak waktu panen merupakan aktivitas yang paling baik untuk memanen jagung kebalikannya adalah kondisi kurang masak maupun pemanenan yang terlambat. Sedangkan cuaca yang cerah (panas terik) merupakan saat panen yang baik kebalikan pada cuaca buruk (hujan), panen tidak dapat dilaksanakan, terlebih lagi apabila jagung akan dipetik bersama-sama dengan klobotnya.
2. Cara Memanen Jagung
Terdapat 2 (dua) cara pemanenan jagung yang dapat dilakukan oleh petani dari cara yang praktis maupun yang kurang praktis :
a. Pemanenan bentuk tongkol tanpa klobot, merupakan pemenenan yang secara umum paling banyak dikerjakan para petani dengan cara memotong tangkai tongkol dari batang dengan menggunakan tangan secara langsung ataupun kadang kadang dilakukan dengan memotong batang tanaman . Cara memotong tangkai tongkol dari batang dengan menggunakan tangan ternyata efisien dan lebih praktis, mengingat biaya dan pemakaian tenaga yang dikeluarkan lebih sedikit serta memakan waktu yang tidak terlalu lama.
b. Pemanenan bentuk tongkol dengan klobot, merupakan cara pemanenan yang oleh para petani untuk sementara ini dianggap kurang praktis. Melalui cara memanen jagung ini biasanya akan tersisa daun dan batang yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia.
3. Pemipilan
Setelah dijemur sampai kering jagung dipipil. Pemipilan dapat dilakukan dengan tangan atau dengan alat pemipilan bila jumlah produksi cukup besar. Pada dasarnya memipil jagung adalah memisahkan antara biji dan tongkol. Terdapat beberapa cara pemipilan yang biasa dilakukan antara lain :

A . Pemipilan secara tradisional, dengan menggunakan tangan.
Pemipilan menggunakan tangan ini menyebabkan tidak adanya biji yang tertinggal dalam tongkol dan dapat menghasilkan jagung pipil tanpa cacat.
B. Pemipilan dengan cara penumbukan, dengan cara
penumbukan ini memiliki kapasitas yang lebih besar dari cara pertama seperti tersebut di atas, namun dengan suatu syarat bahwa jagung yang akan ditumbuk dalam kondisi kering. Dengan cara ini biasanya tidak semua jagung dapat terpipil habis bahkan sering dijumpai biji jagung pipil yang pecah atau rusak.
C. Pemipilan dengan menggunakan alat pemipil dari kayu berbentuk semanggi.
Alat ini cukup efektif memipil jagung secara manual. Diameter lubang pada alat pemipil ini disesuaikan dan dibuat sama dengan diameter jagung tongkol. Tongkol jagung tanpa klobot yang akan dipipil, diusahakan melewati lubang berbentuk semanggi seraya diputar kekiri dan kekanan.
D.Pemipilan dengan menggunakan alat pemipil tipe sepeda atau tipe pedal, dilakukan pada pemipilan jagung dalam jumlah yang relatif cukup besar.
E. Pemipilan dengan menggunakan mesin pemipil tipe silinder atau tipe pegas.
a. Mesin pemipil tipe silinder mempunyai kapasitas dan ukuran yang bermacam-macam, mulai dari ukuran portable (kecil) sampai dengan ukuran stasioner (besar).
b. Sedangkan mesin pemipil tipe pegas juga memiliki berbagai kapasitas dan ukuran. Dirancang satu atau dua lubang (yang dapat digerakkan dengan tangan maupun dengan motor); adapun yang dirakit berukuran empat atau enam lubang (khusus digerakkan dengan motor dan tidak bisa digerakkan dengan tangan).
c. Pemipilan dengan menggunakan alat mesin yang disebut corn sheller dengan kapasitas jauh lebih besar Setelah dijemur sampai kering jagung dipipil.
6. DRYING
Pengeringan jagung adalah kegiatan yang sangat penting. Pengeringan jagung dapat dilakukan, dalam bentuk tongkol berkelobot, tongkol tanpa klobot dan pipilan.
a. Pengeringan jagung tongkol tanpa klobot Cara ini banyak dilakukan karena mudah pelaksanaannya dan tidak diperlukan sarana khusus selama penjemuran disamping meminimalisir penyusutan bobot karena tercecer/kehilangan, sehingga petani menganggap cara ini cukup praktis, namun cara ini membutuhkan waktu yang lebih lama dan ruangan yang lebih besar dibandingkan dengan bentuk lain. Pengeringan cara ini dilakukan sampai kadar air mencapai 18-20%.
b. Pengeringan jagung tongkol berkelobot cara ini merupakan cara yang tidak dianjurkan karena waktu lama dan hasil tidak baik.
c. Pengeringan jagung pipil, pengeringan cara ini dianjurkan dilakukan sampai kadar air mencapai 14%. Adapun cara pengeringan jagung yang dikenal selama ini adalah dengan 2 (dua) cara yaitu pengeringan alami dengan penjemuran, pengeringan buatan dengan menggunakan teknik pengering menggunakan mesin pengering (grain dryer). Pengeringan buatan maupun pengeringan secara alami dengan cara yang salah dapat merusak jagung, sehingga menimbulkan cacat antara lain :
a. Case hardening terjadi karena suhu pengeringan langsung tinggi dan cepat, sehingga bagian luar sudah kering (terlalu kering) sementara bagian dalam masih basah; Akibatnya jagung tidak kering seluruhnya dan bagian dalam membusuk. Apabila case hardening terjadi maka laju pengeringan terhambat karena lapisan luar yang kering menghambat pengeringan bagian dalam.
b. Pengeringan terlalu cepat, terlalu lama atau suhunya terlalu tinggi dapat mengakibatkan keretakan sampai pecah.
c. Apabila lapisan tumpukan jagung yang dikeringkan terlalu tebal akan terjadi water front, misalnya pada pengering kotak tipe batch. Udara pengering (panas) dari bawah kadang-kadang akan menyebabkan lapisan bawah mengering lebih awal sehingga uap airnya mengalir ke atas. Pada kondisi ini gabah bagian atasnya relatif lebih dingin, maka pada suatu lapisan terjadi kondensasi. Adapun garis yang memisahkan lapisan basah dengan lapisan kering disebut water front. Apabila jagung di lapisan atas dirasakan masih terasa basah, sementara itu di bagian bawah sudah kering dan apabila pengeringan ditingkatkan (misalnya suhunya dinaikkan lagi), maka bagian bawah kemungkinan akan gosong sedangkan di bagian atas masih tetap basah. Maka untuk menghindari hal-hal tersebut, sebaiknya lapisan jagung yang dikeringkan tidak terlalu tebal yaitu sekitar 50 cm. Ketebalan yang dikeringkan yang efektif dapat diindikasikan dengan cara meletakan kertas di atas hamparan yang bergerak kalau ada hembusan udara panas.
7. QULITY CONTROL
A.PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN
Jagung pipil yang telah dilakukan pembersihan dan telah digiling, selanjutnya dapat dilakukan pengemasan dengan menggunakan kaleng, drum, karung atau wadah lain. Selanjutnya apabila jagung giling tersebut tidak ingin dikonsumsi secara langsung maka dapat dilakukan kegiatan penyimpanan. Kegiatan penyimpanan dapat dilakukan sebelum jagung itu dipipil, mengingat jagung pipilan yang sudah kering seyogyanya dilakukan penyimpanan di tempat yang bersih dan kering. Adapun gudang tempat penyimpanan jagung pipilan maupun jagung yang telah digiling hendaknya terlebih dahulu dilakukan pembersihan, kalau perlu dilakukan usaha pencegahan terhadap hama bubuk (Calandra oyzae L.). Jangan lupa untuk meletakkan balok-balok kayu yang disusun sedemikian rupa, untuk dipergunakan sebagai alas penyimpanan jagung pipilan maupun jagung yang telah digiling, oleh karena baik jagung pipilan ataupun jagung yang sudah digiling tidak boleh langsung menyentuh/bersinggungan dengan lantai/tanah dan dinding. Agar kondisi jagung tetap terjaga maka kadar air biji jagung hendaknya dipertahankan tidak lebih dari 14%, sebab dalam hal penyimpanan jagung berkadar air tinggi akan merangsang mikroba, yang dapat menaikkan suhu dalam karung yang menyebabkan biji jagung cepat rusak/busuk. Oleh karena itu, untuk mempertahankan kadar air itu kadang-kadang masih dirasa perlu untuk mengadakan kegiatan penjemuran ulang.
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mutu jagung antara lain adalah sebagai berikut
1. Umur panen jagung Ditetapkan berdasarkan varietasnya, dimana berdasarkan varietasnya jagung dikelompokkan dalam umur genjah, umur sedang/medium dan umur dalam.
2. Pemanenan jagung yang kedaluwarsa (dengan umur terlalu tua) dapat menyebabkan terjadinya kerusakan karena pengaruh hujan atau panas di lapangan. Sebaliknya jagung yang dipanen dengan kondisi kurang masak akan menghasilkan butir muda yang mudah keriput terutama setelah dikeringkan. Oleh karena itu pemanenen harus memperhatikan derajat masak jagung
3. Pengkelasan mutu (Grading) Grading merupakan usaha mengklasifikasi komoditas jagung berdasarkan standar mutu yang berlaku. Tujuannya adalah untuk mengetahui adanya perbedaan antara acceptibility (tingkat keterterimaan) konsumen terhadap komoditas (jagung disatu pihak, yang perlu dijabarkan dalam suatu standar yang telah disepakati dan dibakukan dilain pihak. Grading dan faktor mutu jagung perlu dipahami terutama untuk menjamin kepastian (mengurangi perselisihan pendapat/mis-understanding), disamping sebagai problem solution dalam hal memberikan keadilan bagi pihak-pihak yang berkompeten.
4. Berbicara masalah grading dan faktor mutu jagung maka jelas diperlukan faktor-faktor penentu mutu. Terdapat 2 (dua) standar faktor penentu mutu yaitu faktor kualitatif dan faktor kuantitatif.
a. Faktor penentu mutu kuantitatif, meliputi berbagai item antara lain sebagai berikut :
Ø Hama : banyaknya hama (hidup) yang telah ditemukan dalam sample
Ø Kotoran dan benda-benda asing : penelitian terhadap benda-benda yang ada dalam sample seperti butir pecah atau retak, sisa tanaman, batu, tanah dan bijian lain.
Ø Kadar air : penelitian terhadap kadar air yang terdapat pada jagung yang dinyatakan dengan persentase, sedang terhadap bobot komoditas jagung berdasarkan
v Butir pecah : butir komoditas jagung sehat yang menjadi pecah selama perlakuan berukuran sama atau lebih besar atau lebih kecil dari 6/10 butir utuh.
v Butir retak : butir-butir komoditas jagung yang menjadi retak selama perlakuan.
v Butir rusak : butir – butir komoditas jagung yang kerusakannya karena berubah warna / bentuk, busuk (berbau tidak disukai), kerusakan ikrobiologis/ biologis, kimiawi, fisis atau enszimatis dan berkecambah.
b. Faktor penentu mutu kualitatif, dalam hal ini ada suatu statemen yang menyatakan sebagai berikut :
Ø biji jagung benar-benar harus bebas dari gejala atau tanda-tanda terdapatnya bahan Kimia yang membahayakan, baik secara organoleptis maupun secara visual.
Ø biji jagung harus benar – benar bebas dari hama dan penyakit
Ø biji jagung harus benar – benar bebas dari bau apek, busuk, atau masam dan bau asing lainnya.
8. PROCESSING
A. PEMBERSIHAN
Tujuan kegiatan pembersihan adalah dalam rangka untuk membersihkan jagung yang telah dipipil dan membuang kotoran seperti sisa janggel, biji yang pecah atau rusak atau hampa dan kotoran tanah. Terdapat 3 (tiga) cara pembersihan kotoran jagung yang dapat dilakukan, yaitu antara lain :
a. Pembersihan secara manual
Pembersihan secara manual yaitu pembersihan dalam jumlah kecil dengan cara mengaduk-aduk atau menampi biji jagung pipilan kemudian dibersihkan dengan sapu lidi.
b. Pembersihan dengan menggunakan ayakan/saringan Ayakan/saringan dalam hal ini berfungsi sebagai alat pembersih dan sortasi. Adapun pembersihan cara ini ternyata mempunyai kapasitas lebih banyak dari pada pembersihan secara manual. Salah satu hal yang mesti harus diperhatikan yaitu kemiringan kerangka saringan/ayakan sebab kecepatan perjalanan butir ditentukan oleh besarnya sudut kemiringan bahan; terlebih lagi unit saringan/ayakan ini bekerja dengan prinsip gerakan eksentrik yang berasal dari mesin penggerak.
c. Pembersihan dengan menggunakan blower Pembersihan dengan menggunakan blower (alat penghembus), yang kegiatannya biasa dilakukan dalam skala besar, dimana dengan alat ini maka bahan-bahan dengan bobot dan berat jenis yang lebih kecil dari jagung dapat ihembus/ditiup dan disortasi dari biji jagung Dalam proses pembersihan ini, kotoran maupun debu yang sudah di sortasi akan dihisap oleh aspirator (alat penghisap). Umumnya pembersih seperti ini di rakit satu kesatuan dengan alat pemipil tipe Tresher serba guna dan Corn Sheller.
B. PENGGILINGAN
Penggilingan jagung ternyata dapat menurunkan sifat kamba (bulky) bahan, yang mempermudah tahapan selanjutnya yaitu pengemasan dan penyimpanan. jagung yang akan dikonsumsi perlu dilakukan penggilingan agar meningkatkan palatability sehingga mampu meningkatkan daya cerna. Peningkatan daya cerna akan memudahkan pencampuran jagung dengan bahan lain dalam proses pembuatan suatu produk. Terdapat 2 (dua) cara penggilingan jagung yang dapat dilakukan :
1. Wet process.
Wet process yaitu penggilingan jagung yang dilakukan dengan cara basah, biasanya dengan menggunakan alat sederhana berupa grinder yaitu berupa batu giling atau lumpang yang dioperasikan dengan menggunakan tenaga manusia. Biasanya kualitas giling maupun rendemennya rendah karena sortasi hasil samping dan kotoran yang kurang sempurna penanganannya.
2. Dry Process
Dry process yaitu penggilingan jagung yang dilakukan dengan cara kering. Penggilingan jagung cara kering ini memberikan output yang relatif lebih baik apabila dibandingkan dengan cara wet process; Produk jagung gilinganya bisa langsung disimpan tanpa harus melewati proses pengeringan, untuk itu tentunya jagung yang akan dilakukan penggilingan dalam kondisi cukup kering (dengan kadar air 14%). Alternatif pemilihan jenis mesin giling perlu mendapatkan perhatian khusus yang tentunya didasarkan pada jenis dan manfaat jagung giling yang diinginkan.
v Jenis “Roll Mill” dan “Buhr Mill” dipergunakan untuk menggiling jagung untuk kemudian dijadikan sebagai tepung jagung yang halus dan seragam.
v Jenis “Hammer Mill” biasanya digunakan untuk menggiling jagung yang kelak diperlukan sebagai pakan ternak.
C. SAMPLE SEED
Selain melakakan prosesing juga melakukan kegiatan pengambilan sampel benih untuk dilakukan pengujian, umumnya pengambilan sampel tersebut untuk uji daya kecambah (germination) dan uji kadar air (moisture) kecuali ada permintaan uji khusus untuk varietas-varietas tertentu. Pengambilan sampel dilakukan pada saat proses pengolahan berlangsung.
D. PURITY TEST
Purity seed adalah satu bentuk pengujian untuk mengetahui tingkat kemurnian suatu benih apakah tercampur dengan varietas lain atau tidak , parameter yang digunakan adalah secara fisik yang meliputi keseragaman bentuk, ukuran, bobot, dan tekstur dari permukaan benih tersebut. Untuk benih hybrid jika benih ternyata yang dihasilkan mempunyai warna atau tekstur yang ternyata kurang bagus, misalnya warna yang kusam maka akan dilakukan sortasi

Selasa, 24 Juni 2014


Cara membuat stater / isolat Micorriza
Oleh Manjel Dech pada 30 Juli 2013 pukul 7:17
Langkah membuat stater/isolat Micoriza :
  • Ambil akar tanaman (boleh apa saja) yg sudah terkontaminasi Micoriza. Biasanya banyak terdapat di lahan yg gersang/tandus/miskin unsur hara. Yang paling bak sewaktu musim kemarau panjang. Gali sedalam 30-40 cm, lebih dalam lebih bagus.
  • Ciri2 akar yg terkontaminasi Micoriza akar diselimuti hypa jamur dan akarnya panjang
  • Jika sudah dapat sebaiknya Biang Micoriza tsb di masukan dalam wadah/tempat yg terhindar dari sinar matahari langsung.
Cara memperbanyak/membiakan Micoriza
  • pasir/tanah/arang sekam dipanaskan selama 1 – 2 jam, maksudnya biar steril dan miskin unsur hara
  • masukkan ke dalam pot/polibag/bak plastik sampai ¾ volumenya
  • siapkan benih (apa saja, boleh jagung/cabe/tomat dll) yg sekiranya akarnya panjang, bagusnya yg sudah berkecambah atau tumbuh 2-3 daun
  • Biarkan benih tumbuh sampai berumur 2 minggu dengan melakukan penyiraman secara teratur tmbahkan pupuk organik sedikit
  • masukkan starter/isolat mikoriza yang berupa akar yang bermikoriza/spora MVA di sekitar perakaran sebanyak 0,5 – 1 gram .
  • Pelihara slama 2 bulan, sambil di siram dan boleh diberi pupuk  cair yg berkadar P rendah
  • Masuk bulan ke 3 hentikan penyiraman selama 1 bulan
  • Simpan semua biakan/pot/polybag di tempat yg terkena sinar matahari penuh
  • Potong tumbuhan inang nya, sisakan batangnya saja kurang lebih 1/3 nya
  • 2-3 minggu kemudian Micoriza dan siap di panen.
  • Pemanenan dilakukan dengan cara membongkar tanaman inang dan mengambil bagian akarnya. Akar lalu dipotong kecil-kecil (± 0,5 cm) dan dicampur dengan media tanamnya. Masukan dalam kantong plastik.
  • Jika tidak langsung di aplikasikan simpan di tempat yg teduh, lebih bagus di lemari es.
Cara aplikasi ke lahan:
  • Caranya yaitu dengan membuat lubang tanam sedalam 5-10 cm, kemudian mengambil tanahnya dan mencampurnya dengan mikoriza. 
  • Untuk lahan yg cukup luas bisa langsung di campurkan dengan lahan sewaktu pengolahan tanah ( seminggu sebelum tanam
  • Dosis yang disarankan minimal 15 – 20 gram/bibit atau untuk 1 m2
  • Aplikasi sebaiknya dilakukan pada waktu sore hari (pukul 16.00 – 18.00 WIB).
Catatan :
Sebaiknya pembiakan dibuat sebanyak mungkin disesuaikan dengan lahan yg akan di tanami.
Aplikaasi hanya sekali untuk seumur hidup, selama tidak memakai pestisida kimia.

Moga berhasil !!!

Jumat, 28 Maret 2014

konsep dasar agroekology



Konsep Dasar Agroekology
·      Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi atau hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Sedangkan ekologi tumbuhan adalah ilmu pengetahuan yang secara spesifik mempelajari interaksi tumbuh tumbuhan dengan lingkungannya.
·      Lingkungan sebagai suatu faktor ekologi yang terdapat di sekitar tumbuh-tumbuhan dan makhluk hidup lainnya dapat terdiri dari lingkungan biotik dan abiotik. Lingkungan biotik (makhluk hidup) adalah lingkungan yang terdiri dari semua unsur makhluk hidup yang ada (tumbuhan, hewan atau mikrobiota) dan lingkungan tak hidup (abiotik), misalnya habitat, air, dan cahaya.
·      Habitat sebagai faktor lingkungan tempat tinggal makhluk hidup dalam melaksanakan kehidupannya akan mempengaruhi kehidupan tumbuh-tumbuhan dan makhluk lainnya. Misalnya air, bahan-bahan mineral dan nutrien, serta cahaya matahari adalah faktor abiotik yang berguna untuk proses sintesis. Hasil fotosintesis tersebut, misalnya karbohidrat kemudian dapat dimanfaatkan pula oleh makhluk hidup lain sebagai sumber energi.
·      Dalam suatu sistem ekologi, tumbuhan sebagai satu kesatuan makhluk hidup secara individu disebut jenis atau spesies, yang kemudian berkelompok dengan sesama jenisnya membentuk populasi tumbuhan. Kumpulan berbagai jenis tumbuhan bersamasama membentuk komunitas tumbuhan.
·      Dalam Ekologi Tumbuhan kadang-kadang kajian tentang aspek ekologinya hanya pada tingkat populasi tumbuh-tumbuhannya saja. Kajian tersebut dinamakan autekologi (ekologi populasi), misalnya tentang aspek tahap-tahap kehidupannya atau respon dan penyesuaian diri terhadap faktor lingkungan. Jika kajiannya meliputi berbagai populasi tumbuhan dari bermacam-macam jenis (masyarakat tumbuhan) maka kajiannya disebut sinekologi (ekologi komunitas), misalnya interaksi tumbuh- tumbuhan satu sama lain dalam memanfaatkan air dan nutrien atau persebarannya.

 Faktor-faktor yang mempengaruhi ekologi tumbuhan  :

1. CAHAYA

Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber energi utama bagi ekosistem. Ada tiga aspek penting yang perlu dikaji dari faktor cahaya, yang sangat erat kaitannya dengan sistem ekologi, yaitu:
· Kualitas cahaya atau komposisi panjang gelombang.
· Intensitas cahaya atau kandungan energi dari cahaya.
· Lama penyinaran, seperti panjang hari atau jumlah jam cahaya yang bersinar setiap hari.
·      Kualitas Cahaya
Secara fisika, radiasi matahari merupakan gelombang- gelombang elektromagnetik dengan berbagai panjang gelombang. Tidak semua gelombang- gelombang tadi dapat menembus lapisan atas atmosfer untuk mencapai permukaan bumi. Umumnya kualitas cahaya tidak memperlihatkan perbedaan yang mencolok antara satu tempat dengan tempat lainnya, sehingga tidak selalu merupakan faktor ekologi yang penting.
Umumnya tumbuhan teradaptasi untuk mengelola cahaya dengan panjang gelombang antara 0,39 – 7,6 mikron. Klorofil yang berwarna hijau mengasorpsi cahaya merah dan biru, dengan demikian panjang gelombang itulah yang merupakan bagian dari spectrum cahaya yang sangat bermanfaat bagi fotosintesis.
Pada ekosistem daratan kualitas cahaya tidak mempunyai variasi yang berarti untuk mempengaruhi fotosintesis. Pada ekosistem perairan, cahaya merah dan biru diserap fitoplankton yang hidup di permukaan sehingga cahaya hijau akal lewat atau dipenetrasikan ke lapisan lebih bawah dan sangat sulit untuk diserap oleh fitoplankton.
Pengaruh dari cahaya ultraviolet terhadap tumbuhan masih belum jelas. Yang jelas cahaya ini dapat merusak atau membunuh bacteria dan mampu mempengaruhi perkembangan tumbuhan (menjadi terhambat), contohnya yaitu bentuk- bentuk daun yang roset, terhambatnya batang menjadi panjang
·      Intensitas cahaya
Intensitas cahaya atau kandungan energi merupakan aspek cahaya terpenting sebagai faktor lingkungan, karena berperan sebagai tenaga pengendali utama dari ekosistem. Intensitas cahaya ini sangat bervariasi baik dalam ruang/ spasial maupun dalam waktu/temporal.
Intensitas cahaya terbesar terjadi di daerah tropika, terutama daerah kering (zona arid), sedikit cahaya yang direfleksikan oleh awan. Di daerah garis lintang rendah, cahaya matahari menembus atmosfer dan membentuk sudut yang besar dengan permukaan bumi. Sehingga lapisan atmosfer yang tembus berada dalam ketebalan minimum.
Intensitas cahaya menurun secara cepat dengan naiknya garis lintang. Pada garis lintang yang tinggi matahari berada pada sudut yang rendah terhadap permukaan bumi dan permukaan atmosfer, dengan demikian sinar menembus lapisan atmosfer yang terpanjang ini akan mengakibatkan lebih banyak cahaya yang direfleksikan dan dihamburkan oleh lapisan awan dan pencemar di atmosfer.
^^Kepentingan Intensitas Cahaya
Intensitas cahaya dalam suatu ekosistem adalah bervariasi. Kanopi suatu vegetasi akan menahan dann mengabsorpsi sejumlah cahaya sehingga ini akan menentukan jumlah cahaya yang mampu menembus dan merupakan sejumlah energi yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan dasar. Intensitas cahaya yang berlebihan dapat berperan sebagai faktor pembatas. Cahaya yang kuat sekali dapat merusak enzim akibat foto- oksidasi, ini menganggu metabolisme organisme terutama kemampuan di dalam mensisntesis protein.
^^Titik Kompensasi
Dengan tujuan untuk menghasilkan produktivitas bersih, tumbuhan harus menerima sejumlah cahaya yang cukup untuk membentuk karbohidrat yang memadai dalam mengimbangi kehilangan sejumlah karbohidrat akibat respirasi. Apabila semua faktor- faktor lainnya mempengaruhi laju fotosintesis dan respirasi diasumsikan konstan, keseimbangan antara kedua proses tadi akan tercapai pada sejumlah intensitas cahaya tertentu.
Harga intensitas cahaya dengan laju fotosintesis (pembentukan karbohidrat), dapat mengimbangi kehilangan karbohidrat akibat respirasi dikenal sebagai titik kompensasi. Harga titik kompensasi ini akan berlainan untuk setiap jenis tumbuhan.
^^Heliofita dan Siofita
Tumbuhan yang teradaptasi untuk hidup pada tempat –tempat dengan intensitas cahaya yang tinggi disebut tumbuhan heliofita. Sebaliknya tumbuhan yang hidup baik dalam situasi jumlah cahaya yang rendah, dengan titik kompensasi yang rendah pula disebut tumbuhan yang senang teduh (siofita), metabolisme dan respirasinya lambat. Salah satu yang membedakan tumbuhan heliofita dengan siofita adalah tumbuhan heliofita memiliki kemampuan tinggi dalam membentuk klorofil.
^^Cahaya Optimal bagi Tumbuhan
Kebutuhan minimum cahaya untuk proses pertumbuhan terpenuhi bila cahaya melebihi titik kompensasinya.
v Adaptasi Tumbuhan terhadap Cahaya Kuat
Beberapa tumbuhan mempunyai karakteristika yang dianggap sebagai adaptasinya dalam mereduksi kerusakan akibat cahaya yang terlalu kuat atau supraoptimal. Dedaunan yang mendapat cahaya dengan intensitas yang tinggi, kloroplasnya berbentuk cakram, posisinya sedemikian rupa sehingga cahaya yang diterima hanya oleh dinding vertikalnya. Antosianin berperan sebagai pemantul cahaya sehingga menghambat atau mengurangi penembusan cahaya ke jaringan yang lebih dalam.
·      Lama Penyinaran
Lama penyinaran relative antara siang dan malam dalam 24 jam akan mempengaruhi fisiologis dari tumbuhan. Fotoperiodisme adalah respon dari suatu organisme terhadap lamanya penyinaran sinar matahari. Contoh dari fotoperiodisme adalah perbungaan, jatuhnya daun, dan dormansi.
Di daerah sepanjang khatulistiwa lamanya siang hari atau fotoperiodisme akan konstan sepanjang tahun, sekitar 12 jam. Di daerah temperata/ bermusim panjang hari lebih dari 12 jam pada musim panas, tetapi akan kurang dari 12 jam pada musim dingin.
Berdasarkan responnya terhadap periode siang dan malam, tumbungan berbunga dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
^^Tumbuhan berkala panjang
Tumbuhan yang memerlukan lamanya siang hari lebih dari 12 jam untuk terjadinya proses perbungaan, seperti gandum, bayam, dll.
^^Tumbuhan berkala pendek
Tumbuhan yang memerlukan lamanya siang lebih pendek dari 12 jam untuk terjadinya proses perbungaan, seperti tembakau dan bunga krisan.
^^Tumbuhan berhari netral
Tumbuhan yang tidak memerlukan periode panjang hari tertentu untuk proses perbungaannya, misalnya tomat.
Apabila beberapa tumbuhan terpaksa harus hidup di kondisi fotoperiodisme yang tidak optimal, maka pertumbuhannya akan bergeser ke pertumbuhan vegetatif. Di daerah khatulistiwa, tingkah laku tumbuhan sehubungan dengan fotoperiodisme ini tidaklah menunjukkan adanya pengaruh yang mencolok. Tumbuhan akan tetap aktif dan berbunga sepanjang tahun asalkan faktor- faktor lainnya dalam hal ini suhu, air, dan nutrisi tidak merupakan faktor pembatas.

2. SUHU

Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan makhluk hidup, termasuk tumbuhan. Suhu dapat memberikan pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Rai dkk (1998) suhu dapat berperan langsung hampir pada setiap fungsi dari tumbuhan dengan mengontrol laju proses-proses kimia dalam tumbuhan tersebut, sedangkan berperan tidak langsung dengan mempengaruhi faktor-faktor lainnya terutama suplai air. Suhu akan mempengaruhi laju evaporasi dan menyebabkan tidak saja keefektifan hujan tetapi juga laju kehilangan air dari organisme.
Sebenarnya sangat sulit untuk memisahkan secara mandiri pengaruh suhu sebagai faktor lingkungan. Misalnya energi cahaya mungkin diubah menjadi energi panas ketika cahaya diabsorpsi oleh suatu substansi. Suhu sering berperan bersamaan dengan cahaya dan air untuk mengontrol fungsi- fungsi dari organisme.
Relatif mudah untuk mengukur suhu dalam suatu lingkungan tetapi sulit untuk menentukan suhu yang bagaimana yang berperan nyata, apakah keadaan maksimum, minimum atau keadaan harga rata- ratanya yang penting.
1. Variasi suhu
Sangat sedikit tempat- tempat di permukaan bumi secara terus- menerus berada dalam kondisi terlalu panas atau terlalu dingin untuk sistem kehidupan, suhu biasanya mempunyai variasi baik secara ruang maupun secara waktu. Variasi suhu ini berkaitan dengan garis lintang, dan sejalan dengan ini juga terjadi variasi local berdasarkan topografi dan jarak dari laut.
Terjadi juga variasi dari suhu ini dalam ekosistem, misalnya dalam hutan dan ekosistem perairan. Perbedaan yang nyata antara suhu pada permukaan kanopi hutan dengan suhu di bagian dasar hutan akan terlihat dengan jelas. Demikian juga perbedaan suhu berdasarkan kedalaman air.
Seperti halnya dengan faktor cahaya, letak dari sumber panas ( matahari ), bersama- sama dengan putarannya bumi pada porosnya akan menimbulkan variasi suhu di alam tempat tumbuhan hidup.
Jumlah panas yang diterima bumi juga berubah- ubah setiap saat tergantung pada lintasan awan, bayangan tumbuhan setiap hari, setiap tahun dan gejala geologi.
Begitu matahari terbit pagi hari, permukaan bumi mulai memperoleh lebih banyak panas dibandingkan dengan yang hilang karena radiasi panas bumi, dengan demikian suhu akan naik dengan cepat. Setelah beberapa jam tercapailah suhu yang tinggi sekitar tengah hari, setelah lewat petang mulailah terjadi penurunan suhu maka bumi ini akibat reradiasi yang lebih besar dibandingkan dengan radiasi yang diterima. Pada malam hari penurunan suhu muka bumi akan bertambah lagi, panas yang diterima melalui radiasi dari matahari tidak ada, sedangkan reradiasi berjalan terus, akibatnya ada kemungkinan suhu permukaan bumi lebih rendah dari suhu udara disekitarnya. Proses ini akan menimbulkan fluktuasi suhu seharian, dan fluktuasi suhu yang paling tinggi akan terjadi di daerah antara ombak di tepi pantai.
Berbagai karakteristika muka bumi penyebab variasi suhu :
a.  Komposisi dan warna tanah, makin terang warna tanah makin banyak panas yang dipantulkan, makin gelap warna tanah makin banyak panas yang diserap.
b.  Kegemburan dan kadar air tanah, tanah yang gembur lebih cepat memberikan respon pada pancaran panas daripada tanah yang padat, terutama erat kaitannya dengan penembusan dan kadar air tanah, makin basah tanah makin lambat suhu berubah.
c.   Kerimbunan Tumbuhan, pada situasi dimana udara mampu bergerak dengan bebas maka tidak ada perbedaan suhu antara tempat terbuka dengan tempat tertutup vegetasi. Tetapi kalau angin tidak menghembus keadaan sangat berlainan, dengan kerimbunan yang rendah mampu mereduksi pemanasan tanah oleh pemancaran sinar matahari. Ditambah lagi kelembaban udara dibawah rimbunan tumbuhan akan menambah banyaknya panas yang dipakai untuk pemanasan uap air, akibatnya akan menaikan suhu udara. Pada malam hari panas yang dipancaran kembali oleh tanah akan tertahan oleh lapisan kanopi, dengan demikian fluktuasi suhu dalam hutan sering jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan fluktuasi di tempat terbuka atau tidak bervegetasi.
d.  Iklim mikro perkotaan, perkembangan suatu kota menunjukkan adanya pengaruh terhadap iklim mikro. Asap dan gas yang terdapat di udara kota sering mereduksi radiasi. Partikel- partikel debu yang melayang di udara merupakan inti dari uap air dalam proses kondensasinya uap air inilah yang bersifat aktif dalam mengurangi pengaruh radiasi matahari tadi.
e.   Kemiringan lereng dan garis lintang, kemiringan lereng sebesar 50 dapat mereduksi suhu sebanding dengan 450 km perjalanan arah ke kutub.
Variasi suhu berdasarkan waktu/ temporal terjadi baik musiman maupun harian, kesemua variasi ini akan mempengaruhi penyebaran dan fungsi tumbuhan. 

      Suhu dan Tumbuhan
Kehidupan di muka bumi ini berada dalam suatu bahan kisaran suhu antara 00 C sampai dengan 500 C, dalam kisaran suhu ini individu tumbuhan mempunyai suhu minimum, maksimum dan optimum yang diperlukan untuk aktifitas metabolismenya. Suhu- suhu tadi yang diperlukan organisme hidup dikenal dengan suhu kardinal.
Suhu tumbuhan biasanya kurang lebih sama dengan suhu sekitarnya karena adanya pertukaran suhu yang terus- menerus antara tumbuhan dengan udara sekitarnya.
Kisaran toleransi suhu bagi tumbuhan sangat bevariasi, untuk tanaman di tropika, semangka, tidak dapat mentoleransi suhu di bawah 150 – 180 C, sedangkan untuk biji- bijian tidak bisa hidup dengan suhu di bawah minus 20 C – minus 50 C. Sebaliknya konifer di daerah temperata masih bisa mentoleransi suhu sampai serendah minus 300 C. Tumbuhan air umumnya mempunyai kisaran toleransi suhu yang lebih sempit jika dibandingkan dengan tumbuhan di daratan.
Secara garis besar semua tumbuhan mempunyai kisaran toleransi terhadap suhu yang berbeda tergantung pada umur, keseimbangan air dan juga keadaan musim. 

3. AIR

Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apa pun juga. Tanpa air seluruh organisme tidak akan dapat hidup. Bagi tumbuhan, air mempunyai peranan yang penting karena dapat melarutkan dan membawa makanan yang diperlukan bagi tumbuhan dari dalam tanah. Adanya air tergantung dari curah hujan dan curah hujan sangat tergantung dari iklim di daerah yang bersangkutan.
Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi, dengan jumlah sekitar 1.368 juta km3. Air terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya uap air, es, cairan dan salju. Air tawar terutama terdapat di danau, sungai, air tanah (ground water) dan gunung es (glacier). Semua badan air di daratan dihubungkan dengan laut dan atmosfer melalui siklus hidrologi yang berlangsung secara kontinu (Effendi, 2003).

a. Sifat air
Menurut Benyamin Lakitan (2001) dan Hefni Effendi (2003) air memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain, yaitu.
1. Berbentuk cair pada suhu ruang. Semakin besar ukuran molekul suatu senyawa maka pada suhu ruang senyawa tersebut akan cenderung berbentuk cair. Sebaliknya jika ukurannya kecil maka akan cenderung berbentuk gas.`Air yang berat molekulnya sebesar 18 gr/mol berbentuk cair dalam suhu ruang karena adanya ikatan hidrogen yang antara molekul-molekul air, sehingga tiap molekul air akan tidak mudah terlepas dan berubah bentuk menjadi gas

2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai penyimpan panas yang baik. Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi panas ataupun dingin dalam seketika. Perubahan suhu yang lambat ini mencegah terjadinya stress pada makhluk hidup akibat perubahan suhu yang mendadak dan juga memelihara suhu bumi agar sesuai dengan makhuk hidup.

3. Panas laten vaporisasi dan fusi yang tinggi. Panas laten vaporisasi adalah energi yang dibutuhkan untuk menguapkan 1 gr pada suhu 20oC. Sedangkan panas laten fusi adalah energi yang dibutuhkan untuk mencairkan 1 gr es pada suhu 0oC. Besarnya energi panas laten vaporisasi adalah 586 cal dan untuk panas laten fusi adalah 80 cal. Tingginya energi yang diperlukan untuk menguapkan air ini penting artinya bagi tumbuhan dalam upaya menjaga stabilitas suhu daun melalui proses transpirasi.

4. Viskositas (hambatan untuk pengaliran) rendah. Karena ikatan-ikatan hidrogen harus diputus agar air dapat mengalir, maka ada anggapan bahwa viskositas air akan tinggi. Tapi pada kenyataannya tidaklah demikian, karena pada air dalam keadaan cair, setiap ikatan hidrogen dimiliki bersama-sama oleh dua molekul air lainnya, sehingga ikatan hidrogennya menjadi lemah dan mudah terputus. Inilah yang menyebabkan viskositas air rendah. Viskositas air yang rendah ini menyebabkan air menjadi pelarut yang baik, sifat ini memungkinkan unsur hara terlarut dapat diangkut ke seluruh jaringan tubuh makhluk hidup dan mampu mengangkut bahan-bahan toksik yang masuk dan mengeluarkannya ke luar tubuh. 

5. Adanya gaya adhesi dan kohesi. Air bersifat polar sehingga gaya tarik menarik antara molekul air dengan molekul lainnya (misalnya dengan protein dan polisakarida penyusun dinding sel) akan mudah terjadi. Adhesi merupakan daya tarik menarik antara molekul air yang berbeda. Kohesi adalah daya tarik menarik antara molekul yang sama. Adanya kohesi dan adhesi ini menyebabkan air dapat diangkut ke seluruh tubuh tumbuhan melalui jaringan xilem. Selain itu juga menyebabkan adanya tegangan permukaan yang tinggi, ini memungkinkan air mampu membasahi suatu bahan secara baik.

6. Air merupakan satu-satunya senyawa yang meregang ketika membeku. Ini berarti es memiliki kerapatan atau densitas (massa/volume) yang lebih rendah dibandingkan air. Dengan demikian es akan mengapung di atas air. Sifat ini mengakibatkan air permukaan yang berada di daerah beriklim dingin hanya membeku dipermukaan saja sehingga organisme akuatik masih bisa bertahan hidup.

b. Jenis –jenis air
Secara umum air yang terdapat di bumi ini digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu:

1. Air tanah (ground water), adalah air yang terdapat di bawah permukaan tanah dan tidak dapat dilihat secara langsung. Air tanah ditemukan pada lapisan akifer yaitu lapisan yang bersifat porous (mampu menahan air) dan permeable (mampu memindahkan air). Pergerakan air tanah sangat lambat, kecepatan arus berkisar antara 10-10-10-3 m/detik sehingga waktu tinggal air (residence time) berlangsung lama. Air tanah ini dibagi menjadi dua jenis yaitu air tanah preatis dan air tanah artesis. Air tanah preatis adalah air tanah yang letaknya tidak jauh dari permukaan tanah serta berada di atas lapisan kedap air/impermeable. Sedangkan air tanah artesis merupakan air tanah yang letaknya sangat jauh di dalam tanah serta berada di antara dua lapisan kedap air.

2. Air permukaan (surface water), adalah air yang terdapat di atas permukaan bumi dan tidak terinfiltrasi ke dalam bumi. Contoh air permukaan seperti laut, sungai, danau, kali, rawa, empang, dan lain sebagainya. Air permukaan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu perairan tergenang (lentik) dan perairan mengalir (lotik). Perairan tergenang meliputi danau, waduk, kolam dan rawa. Pada umumnya perairan lentik ini dicirikan dengan arus yang lambat (0,001-0,01 m/detik) sehingga waktu tinggal air (residence time) dapat berlangsung lama. Perairan mengalir salah satunya adalah sungai, sungai dicirikan oleh arus yang searah dan relatif kencang dengan kecepatan arus berkisar antara 0,1-1,0 m/detik.

c. Sumber air
Secara umum ada beberapa sumber air yang dapat kita gunakan secara langsung atau melalui pengolahan sederhana terlebih dahulu yaitu antara lain :
1. Air dari PDAM. Air dari PDAM adalah termasuk air yang bisa dikonsumsi secara langsung untuk kebutuhan sehari-hari: masak, mandi, mencuci; air PDAM yang akan diminum harus direbus dahulu. Namun air PDAM ini kadang belum tersedia diberbagai tempat.

2. Air hujan. Air hujan adalah air murni yang berasal dari sublimasi uap air di udara yang ketika turun melarutkan benda-benda diudara yang dapat mengotori dan mencemari air hujan seperti: gas (O2, CO2, N2, dll), jasat renik, debu, kotoran burung, dll. Air hujan yang berasal dari cucuran talang/genteng rumah di tampung dalam bak penampungan. Untuk mengindari bahan-bahan pengotor dan pencemar yang berasal dari talang/genteng dan udara caranya adalah waktu awal penampungan air hujan 15 menit setelah hujan turun. Di bawah talang diberi saringan dari ijuk/kerikil/pasir. Dan sebelum diminum air harus dimasak dahulu.

3. Mata air. Di daerah pegunungan atau perbukitan sering terdapat mata air. Air mata air berasal dari air hujan yang masuk meresap kedalam tanah dan muncul keluar tanah kembali karena kondisi batuan geologis didalam tanah. Kondisi geologis mempengaruhi kualitas air mata air, pada umumnya kualitasnya baik dan bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari, tetapi harus dimasak sebelum diminum.

4. Air tanah. Air tanah berasal dari air hujan yang meresap dan tertahan di dalam bumi. Air tanah dapat dibagi menjadi air tanah dangkal dan air tanah dalam. Bagaimana mendapatkan air tanah caranya adalah dengan mengebor atau menggali. Macam sumur untuk mendapatkan air tanah adalah: 

1. Sumur gali, adalah sarana mendapatkan air tanah dengan cara menggali dan menaikkan airnya dengan ditimba.
2. Sumur pompa tangan adalah sarana mendapatkan air tanah dengan cara mengebor dan menaikkan airnya dengan pompa dengan tenaga tangan.
3. Sumur pompa listrik adalah sarana mendapatkan air tanah dengan cara mengebor dan menaikkan airnya dengan dipompa dengan tenaga listrik.

5. Air permukaan. Air permukaan seperti air sungai, air rawa, air danau, air irigasi, air laut dan sebagainya adalah merupakan sumber air yang dapat dipakai sebagai bahan air bersih dan air minum tetapi perlu pengolahan. Air permukaan sifatnya sangat mudah terkotori dan tercemar oleh bahan pengotor dan pencemar yang mengapung, melayang, mengendap dan melarut di air permukaan. Karena sifatnya yang demikian maka sebelum diminum air permukaan perlu diolah terlebih dahulu sampai benar-benar aman dan memenuhi syarat sebagai air bersih atau air minum.

d. Siklus air (water cycle)
Karakteristik air dalam proses siklusnya secara fisik memperlihatkan berbagai fase, mulai dari bentuk uap air di udara sampai air dalam tanah. Secara meteorologis, air merupakan unsur pokok paling penting dalam atmosfer bumi. Air terdapat sampai pada ketinggian 12.000 hingga 14.000 meter. Bila seluruh uap air berkondensasi (atau mengembun) menjadi cairan, maka seluruh permukaan bumi akan tertutup dengan curah hujan kira-kira sebanyak 2,5 cm. Air terdapat di atmosfer dalam tiga bentuk yaitu dalam bentuk uap yang tak kasat mata, dalam bentuk butir cairan dan hablur es. Kedua bentuk yang terakhir merupakan curahan yang kelihatan, yakni hujan, hujan es, dan salju.
Siklus air adalah mekanisme transformasi (pergerakan) air yang selalu terjadi setiap saat. Dalam proses transformasi biasanya desertai dengan perubahan wujud, sifat dan mutu ataupun air tetap dalam kondisi awal (Tersiawan, 2005). Secara garis besar transformasi itu dapat berupa evaporasi, transpirasi, kondensasi, presipitasi dan perkolasi.
Ketika terjadi hujan, airnya akan turun ke permukaan bumi. Air ini sebagian akan mengalir ke permukaan bumi menuju ke daerah yang lebih rendah dan bermuara di laut atau di danau. Sebagian lagi akan terserap oleh bumi dan mengalir di dalam tanah atau tersimpan di dalam tanah sebagai air tanah.
Siklus air ini digerakkan oleh matahari. Panas yang dipancarkan oleh matahari akan membuat air laut, air permukaan dan daratan menguap, bahkan air dari makhluk hidup pun ikut mengalaminya (evaporasi dan transpirasi). Ketika uap air mendingin dan menjadi mampat terbentuklah awan yang kemudian digerakkan oleh angin.
Angin ini akan membawa gumpalan-gumpalan awan ke daerah yang memiliki tekanan temperatur yang lebih rendah. Jika awan yang dibawa oleh angin ini melalui daerah pegunungan, maka gerakannya akan terhalang dan didorong untuk naik lebih tinggi lagi. Karena temperatur akan semakin rendah apabila semakin tinggi dari permukaan laut, maka awan yang mengandung uap air tadi mencapai titik embunnya dan terbentuklah butiran-butiran air yang kemudian jatuh kembali ke bumi sebagai air hujan (presipitasi).
Air hujan ini akan mengalir lagi di permukaan bumi, ke daerah yang lebih rendah, dan sebagian diserap oleh bumi (perkolasi). Kemudian terus menuju ke laut atau ke danau dan apabila terkena sinar matahari akan menguap ke udara dan membentuk awan. Awan akan berkumpul dan kemudian dibawa oleh angin dan mengembun dan berubah menjadi hujan. Begitulah seterusnya siklus dari air yang berulang secara bergantian. Adapun proses siklus hidrologi dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

e. Peranan Air bagi Tumbuhan
Menurut Rai (1998), air memiliki beberapa peranan penting bagi tumbuhan yaitu antara lain :

1. Struktur Tumbuhan. Air merupakan bagian terbesar pembentukan jaringan dari semua makhluk hidup. Antara 40% sampai 60% dari berat segar pohon tersusun atas air. Cairan yang mengisi sel memiliki peran dalam menjaga substansi tetap dalam keadaan yang tepat untuk menjalankan fungsi metabolisme.
2. Sebagai Penunjang. Tumbuhan memerlukan air untuk menunjang jaringan-jaringan yang tidak berkayu. Apabila sel-sel jaringan tersebut memiliki cukup air, maka sel-sel tersebut akan berada dalam keadaan kokoh. Air yang ada dalam sel tumbuhan tersebut nantinya akan menghasilkan suatu tekanan yang disebut tekanan turgor. Dengan adanya tekanan turgor tersebut akan menyebabkan sel mengembang dan apabila jumlah air tidak memadai akan menyebabkan terjadinya proses plasmolisis.
3. Alat Angkut. Air di perlukan oleh tumbuhan sebagai alat untuk mengangkut materi dan nutrisi di sekitar tubuhnya, dan menyalurkan materi dan nutrisi tersebut ke bagian tumbuhan lainnya sebagai substansi yang terlarut dalam air.
4. Pendinginan. Tumbuhan akan mengalami proses transpirasi, akibat dari proses transpirasi tersebut akan menyebabkan tumbuhan kehilangan air. Hilangnya sebagian air dari tumbuhan akan mendinginkan tubuh tumbuhan tersebut dan menjaga tumbuhan dari pemanasan yang berlebihan sehingga suhu tanaman menjadi konstan.
5. Pelarut dan medium reaksi biokimia
6. Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan sel dan pembesaran sel)
7. Bahan baku fotosintesis

f. Adaptasi tumbuhan terhadap kondisi ekstrim
Kekeringan merupakan situasi yang sering di alami oleh tumbuhan. Suhu yang tinggi bisa juga memberikan pengaruh terhadap kekurangan air bagi tumbuhan. Bila musim kering itu bersifat periodik dan merupakan karakteristik daerah tersebut, maka tumbuhan yang ada disekitarnya akan memperlihatkan penyesuaian dirinya. Berbagai cara penyesuaian terhadap lingkungannya tergantung pada tumbuhan tersebut.
Warning mengelompokkan dunia tumbuhan berdasarkan toleransinya terhadap air, yaitu antara lain :

1. Hidrofit, merupakan kelompok tumbuhan yang hidup dalam air atau pada tanah yang tergenang secara permanen.
2. Halofita, merupakan kelompok tumbuhan yang tumbuh pada lingkungan berkadar garam tinggi.
3. Xerofita, kelompok tumbuhan yang teradaptasi untuk hidup di daerah kering.
4. Mesofita, kelompok tumbuhan yang bertoleransi pada kondisi air tanah yang tidak terlalu ekstrim