PRODUKSI BENIH JAGUNG
HIBRIDA
PEMBUATAN BENIH HIBRIDA
TANAMAN JAGUNG (Zea Mays)
1. PERSIAPAN TANAM
Jagung
hibrida menghendaki kondisi tanah yan gembur, subur, dan bebas dari gulma.
Pengolahan tanah bertujuan agar tanah menjadi gembur, tidak tergenang air bebas
dari gulma pesaing dan tidak terlindungi dari sinar matahari. Persiapan lahan
untuk jagung dapat dilakukan dengan dua cara
a. Olah
Tanah Sempurna (OTS)
Tanah di
bajak atau dicangkul sedalam 15-25 cm dilakukan dua kali kemudian pemukaan
lahan digaru sampai rata, setelah itu lahan siap di Tanami. Pada saa pengolahan
tanah hendaknya kondisi tanah tidak terlalu basah dan tidak terlalu kerking
sehingga mudah dikerjakan tidak terlalu lengket dan mudah digemburkan. Olah
tanah sempuna biasanya dilkukan pada tanah bertekstur berat, sedangkan pada
tanah yang bertekstur ringan dan berpasir tidak banyak diperlukan pengolahan
tanah.
b. Tanpa
Olah Tanah (TOT)
Tanah
diseprot dengan herbisida kemudian di biarkan selama 1 minggu, kemudian di
Tanami benih jagung. Cara TOT lain adalah tanah langsung ditanami tanpa adanya
persiapan lahan, tetapi hanya dibuatkan lajur tanam pada barisan yang akan
ditanami. Pemberantasan pada gulma dilakukan sebelum benih tumbuh.
2. PENANAMAN
Tiga
komponen yang harus diperhatikan dalam penanaman sebagai syarat untuk
menghasilkan panen yang tinggi, yaitu:
a. Waktu
Tanam
Waktu tanam yang tepat akan
mengurangi kegagalan panen dalam kaitannya ketersedian air, serangan hama
penyakit dan ketersedian unsur hara.
b. Kedalaman
Lubang Tanam
Kedalaman lubang tanam harus
diperhatikan agar pertumbuhan tanaman tidak terhambat dan tidak mudah roboh.
Lubang tanam dibuat dengan tugal dengan ke dalaman 3-5 cm tergantung kelembapan
tanah. apabila tanah cukup lembab kedalaman cukup 3 cm.
c. Jarak
Tanam
Dalam
kegiatan ini dipersiapkan tambang plastik yang telah diberi jarak 20 cm dalam
barisan tanaman, dan antar barisan dibuat ajir sepanjang 75 cm. kemudian lubang
yang telah siap diberikan benih 2 biji per lubang hal ini untuk menghindari
penyulaman kerena akan membuat tanaman tidak seragam dan akan mempersulit
detaselling, kemudian juga dibei furadan sebelum ditutup pupuk dasar langsung
dapat diberikan atau ketika tanaman sudah tumbuh. Dalam pelaksanaannya
dilapangan akan dihasilkan tanaman jantan dan tanaman betina, hasil dari
tanaman betina inilah yang akan dijadikan benih hibrida, yang kemudian akan
diperbanyak oleh petani.
Dalam
penanamannya tidak berbarengan tetapi dibuat pola untuk baris pertama ditanami
tanaman jantan 2 ST (hari sebelum tanam) kemudian dua baris berikutnya tanaman
betina 0 HT (hari tanam) dan baris berikutnya 4 HST (hari setelah tanam). Jarak
yang digunakan 40 cm antara tanaman jantan dan betina, sedangkan 70 cm untuk
tanaman antar betina.
3.
PEMELIHARAAN TANAMAN
a.
Penyiangan
Adanya gulma
kan menurunkan jumlah dan kualitas panen jagung karena gulma akan bersaing
dalam hal air, hara, dan udara. Penyiangan dilakukan satu sampai tiga kali
dalam satu siklus pertanaman jagung. Pada tanah yang diolah secara sempuran
biasanya penyiangan pertama dilakukan pada umur 15 hari, sedangkan pada TOT
dilakukan pada umur 21 hari (3 minggu) atau mempertimbangkann kondisi gulma
yang ada penyiangan kedua dan ketiga dilihat dari kondisi gulma yang ada
kondisi tanaman pada umur 4-6 minggu, penyiangan dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu, penyiangan secara manual dan dengan cara kimiawi menggunakan
herbisida.
b. Pemupukan
Pemupukan
dilakukan dengan mempertimbangkan kesuburan dan jenis tanah setempat, pemupukan
dilakukan dengan cara, membuat lubang dengan tugal pada sebelah kiri dan kanan
tanaman dengan jarak 7 cm dan kedalaman lubang 10 cm, setelah dimasukann pupuk
lubang ditutup kembali menggunakan tanah. Pemupukan kedua dan ketiga dilakukan
sama dengan yang pertama namun jaraknya dari lubang benih 15 cm. pemupukan
menggunakan Sp-36, Kcl dan Za diberikan sekaligus pada waktu tanam dan pupuk
urea diberikan 2 kali atau 3 kali. Pemupukan kedua pada umur 3 mingggu setelah
tanam dan atau 6 minggu setelah tanam. Pemberian tiga kali di utamakan
daerah-daerah miskin unsur hara dan daerah berpasir
c. Pengairan
Untuk hasil
yang optimal tanaman jagung membutuhkan kebutuhan air yang merata, kebutuhan
air terutama untuk berkecambah, pucuk petumbuhan vegetatif, pembungaan dan
pengisisan biji. Pengairan di musim kemarau dilakukan selang 2 minggu dengan
cara membuat saluran-saluran kecil diantara barisan tanaman atau dua barisan
tanaman jagung
d.
Pengendalian hama penyakit
Mengetahui
jenis dan gejala serangan hama beserta penyakit akan sangat membantu dalam
program pengendaliannya dan keberhasilan dalam bertanam jagung hibrida. Hama
penyakit yang menyerang tanaman jagung beserta pengendaliannya berdasarkan
sistem PHT (pengendalian hama terpadu).
4. POLINASI
A.
Kastrasi/Detasseling
Kegiatan pembuangan atau pencabutan
bunga pada tanaman betina, dilakukan ketika bunga mula terlihat, hal ini
dilakukan agar benang sari tidak menyerbuki putik. Untuk, mendapatkan benih
penyerbukan akan dilaksanakan oleh tanaman jantan.
B. Isolasi
Tanaman jagung harus terpisah dari
pertanaman varietas lainnya dengan jarak paling dekat 200m, isolasi jarak
tersebut dapat diperpendek apabila penangkaran benih terus bertambah, dengan
cara menanam induk jantan pada tanaman yang berbatasan dengan blok liannya.
Apabila dua verietas blok yang berdampingan dan akan menghasilkan jagung
hibrida yang berlainan maka tinggal diatur sedemikian rupa sehingga pada saat
berbunganya berbeda kurang lebih 1 bulan agar tidak tejadi persilangan.
5. PANEN
Panen dan
pasca panen tanaman memiliki ciri-ciri siap kelobot berwarna kuning, biji sudah
tua dan berwarna mengkilap pada buturan jagung sudah terbentuk jaringan tetutup
berwarna hitam, dan bila biji jagung tersebut ditekan dengan kuku tangan maka
pada bagian jagung tidak akan membekas, pada kondisi ini perkiraan kandungan
air sudah 35%. Setelah dipanen jagung agar dibuka agar kadar air tongkol
menurun sehingga terhindar dari serangan jamur, pengeringan tongkol hingga
kadar air 17-20% hingga mudah dipipil dan segera di jemur hingga kadar air 15
%.
1. Ciri Umur
Panen
Tanda – tanda visual yang dapat dipakai sebagai petunjuk bahwa jagung sudah
dapat dipanen, yang biasa disebut dengan tingkat kematangan optimal antara lain
:
Ø Biji nampak kering dan mengkilat
Ø Apabila biji ditusuk dengan kuku, tidak nampak
bekasnya
Ø klobotnya telah menguning.
Tujuan dan
pentingnya penetapan waktu panen, antara lain :
a. Meminimalisir risiko penundaan panen akibat musim hujan
b. Menangkal/menghambat tumbuhnya cendawan pada tongkol
c. Menangkal serangan hama pada biji dan ulat pada tongkol
d. Meminimalisir kehilangan saat pemipilan
e. Meminimalisir penyusutan di lapangan, dan sebagainya.
Dua hal yang mempengaruh waktu panen jagung yaitu derajat masak dan
iklim/cuaca. Derajat masak waktu panen merupakan aktivitas yang paling baik
untuk memanen jagung kebalikannya adalah kondisi kurang masak maupun pemanenan
yang terlambat. Sedangkan cuaca yang cerah (panas terik) merupakan saat panen
yang baik kebalikan pada cuaca buruk (hujan), panen tidak dapat dilaksanakan,
terlebih lagi apabila jagung akan dipetik bersama-sama dengan klobotnya.
2. Cara
Memanen Jagung
Terdapat 2 (dua) cara pemanenan jagung yang dapat dilakukan oleh petani
dari cara yang praktis maupun yang kurang praktis :
a. Pemanenan bentuk tongkol tanpa klobot, merupakan pemenenan yang secara
umum paling banyak dikerjakan para petani dengan cara memotong tangkai tongkol
dari batang dengan menggunakan tangan secara langsung ataupun kadang kadang
dilakukan dengan memotong batang tanaman . Cara memotong tangkai tongkol dari
batang dengan menggunakan tangan ternyata efisien dan lebih praktis, mengingat
biaya dan pemakaian tenaga yang dikeluarkan lebih sedikit serta memakan waktu
yang tidak terlalu lama.
b. Pemanenan bentuk tongkol dengan klobot, merupakan cara pemanenan yang
oleh para petani untuk sementara ini dianggap kurang praktis. Melalui cara
memanen jagung ini biasanya akan tersisa daun dan batang yang dimanfaatkan
sebagai pakan ternak ruminansia.
3. Pemipilan
Setelah dijemur sampai kering jagung dipipil. Pemipilan dapat dilakukan
dengan tangan atau dengan alat pemipilan bila jumlah produksi cukup besar. Pada
dasarnya memipil jagung adalah memisahkan antara biji dan tongkol. Terdapat
beberapa cara pemipilan yang biasa dilakukan antara lain :
A .
Pemipilan secara tradisional, dengan menggunakan tangan.
Pemipilan menggunakan tangan ini menyebabkan tidak adanya biji yang
tertinggal dalam tongkol dan dapat menghasilkan jagung pipil tanpa cacat.
B. Pemipilan dengan cara penumbukan, dengan cara
penumbukan ini memiliki kapasitas yang lebih besar dari cara pertama
seperti tersebut di atas, namun dengan suatu syarat bahwa jagung yang akan
ditumbuk dalam kondisi kering. Dengan cara ini biasanya tidak semua jagung
dapat terpipil habis bahkan sering dijumpai biji jagung pipil yang pecah atau
rusak.
C. Pemipilan dengan menggunakan alat pemipil dari kayu berbentuk semanggi.
Alat ini cukup efektif memipil jagung secara manual. Diameter lubang pada
alat pemipil ini disesuaikan dan dibuat sama dengan diameter jagung tongkol.
Tongkol jagung tanpa klobot yang akan dipipil, diusahakan melewati lubang
berbentuk semanggi seraya diputar kekiri dan kekanan.
D.Pemipilan dengan menggunakan alat pemipil tipe sepeda atau tipe pedal,
dilakukan pada pemipilan jagung dalam jumlah yang relatif cukup besar.
E. Pemipilan
dengan menggunakan mesin pemipil tipe silinder atau tipe pegas.
a. Mesin pemipil tipe silinder mempunyai kapasitas dan ukuran yang
bermacam-macam, mulai dari ukuran portable (kecil) sampai dengan ukuran
stasioner (besar).
b. Sedangkan mesin pemipil tipe pegas juga memiliki berbagai kapasitas dan
ukuran. Dirancang satu atau dua lubang (yang dapat digerakkan dengan tangan
maupun dengan motor); adapun yang dirakit berukuran empat atau enam lubang
(khusus digerakkan dengan motor dan tidak bisa digerakkan dengan tangan).
c. Pemipilan dengan menggunakan alat mesin yang disebut corn sheller dengan
kapasitas jauh lebih besar Setelah dijemur sampai kering jagung dipipil.
6. DRYING
Pengeringan jagung adalah kegiatan yang sangat penting. Pengeringan jagung
dapat dilakukan, dalam bentuk tongkol berkelobot, tongkol tanpa klobot dan
pipilan.
a. Pengeringan jagung tongkol tanpa klobot Cara ini banyak dilakukan karena
mudah pelaksanaannya dan tidak diperlukan sarana khusus selama penjemuran
disamping meminimalisir penyusutan bobot karena tercecer/kehilangan, sehingga
petani menganggap cara ini cukup praktis, namun cara ini membutuhkan waktu yang
lebih lama dan ruangan yang lebih besar dibandingkan dengan bentuk lain.
Pengeringan cara ini dilakukan sampai kadar air mencapai 18-20%.
b. Pengeringan jagung tongkol berkelobot cara ini merupakan cara yang tidak
dianjurkan karena waktu lama dan hasil tidak baik.
c. Pengeringan jagung pipil, pengeringan cara ini dianjurkan dilakukan
sampai kadar air mencapai 14%. Adapun cara pengeringan jagung yang dikenal
selama ini adalah dengan 2 (dua) cara yaitu pengeringan alami dengan
penjemuran, pengeringan buatan dengan menggunakan teknik pengering menggunakan
mesin pengering (grain dryer). Pengeringan buatan maupun pengeringan secara
alami dengan cara yang salah dapat merusak jagung, sehingga menimbulkan cacat antara
lain :
a. Case hardening terjadi karena suhu pengeringan langsung tinggi
dan cepat, sehingga bagian luar sudah kering (terlalu kering) sementara bagian
dalam masih basah; Akibatnya jagung tidak kering seluruhnya dan bagian dalam
membusuk. Apabila case hardening terjadi maka laju pengeringan terhambat
karena lapisan luar yang kering menghambat pengeringan bagian dalam.
b. Pengeringan terlalu cepat, terlalu lama atau suhunya terlalu tinggi
dapat mengakibatkan keretakan sampai pecah.
c. Apabila lapisan tumpukan jagung yang dikeringkan terlalu tebal akan
terjadi water front, misalnya pada pengering kotak tipe batch. Udara
pengering (panas) dari bawah kadang-kadang akan menyebabkan lapisan bawah
mengering lebih awal sehingga uap airnya mengalir ke atas. Pada kondisi ini
gabah bagian atasnya relatif lebih dingin, maka pada suatu lapisan terjadi kondensasi.
Adapun garis yang memisahkan lapisan basah dengan lapisan kering disebut water
front. Apabila jagung di lapisan atas dirasakan masih terasa basah,
sementara itu di bagian bawah sudah kering dan apabila pengeringan ditingkatkan
(misalnya suhunya dinaikkan lagi), maka bagian bawah kemungkinan akan gosong
sedangkan di bagian atas masih tetap basah. Maka untuk menghindari hal-hal
tersebut, sebaiknya lapisan jagung yang dikeringkan tidak terlalu tebal yaitu
sekitar 50 cm. Ketebalan yang dikeringkan yang efektif dapat diindikasikan
dengan cara meletakan kertas di atas hamparan yang bergerak kalau ada hembusan
udara panas.
7. QULITY
CONTROL
A.PENGEMASAN
DAN PENYIMPANAN
Jagung pipil yang telah dilakukan pembersihan dan telah digiling,
selanjutnya dapat dilakukan pengemasan dengan menggunakan kaleng, drum, karung
atau wadah lain. Selanjutnya apabila jagung giling tersebut tidak ingin
dikonsumsi secara langsung maka dapat dilakukan kegiatan penyimpanan. Kegiatan
penyimpanan dapat dilakukan sebelum jagung itu dipipil, mengingat jagung
pipilan yang sudah kering seyogyanya dilakukan penyimpanan di tempat yang
bersih dan kering. Adapun gudang tempat penyimpanan jagung pipilan maupun
jagung yang telah digiling hendaknya terlebih dahulu dilakukan pembersihan,
kalau perlu dilakukan usaha pencegahan terhadap hama bubuk (Calandra oyzae
L.). Jangan lupa untuk meletakkan balok-balok kayu yang disusun sedemikian
rupa, untuk dipergunakan sebagai alas penyimpanan jagung pipilan maupun jagung
yang telah digiling, oleh karena baik jagung pipilan ataupun jagung yang sudah
digiling tidak boleh langsung menyentuh/bersinggungan dengan lantai/tanah dan
dinding. Agar kondisi jagung tetap terjaga maka kadar air biji jagung hendaknya
dipertahankan tidak lebih dari 14%, sebab dalam hal penyimpanan jagung berkadar
air tinggi akan merangsang mikroba, yang dapat menaikkan suhu dalam
karung yang menyebabkan biji jagung cepat rusak/busuk. Oleh karena itu, untuk
mempertahankan kadar air itu kadang-kadang masih dirasa perlu untuk mengadakan
kegiatan penjemuran ulang.
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU
Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi mutu jagung antara lain adalah sebagai berikut
1. Umur panen jagung Ditetapkan berdasarkan varietasnya, dimana berdasarkan
varietasnya jagung dikelompokkan dalam umur genjah, umur sedang/medium dan umur
dalam.
2. Pemanenan jagung yang kedaluwarsa (dengan umur terlalu tua) dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan karena pengaruh hujan atau panas di lapangan.
Sebaliknya jagung yang dipanen dengan kondisi kurang masak akan menghasilkan
butir muda yang mudah keriput terutama setelah dikeringkan. Oleh karena itu
pemanenen harus memperhatikan derajat masak jagung
3. Pengkelasan mutu (Grading) Grading merupakan usaha
mengklasifikasi komoditas jagung berdasarkan standar mutu yang berlaku.
Tujuannya adalah untuk mengetahui adanya perbedaan antara acceptibility (tingkat
keterterimaan) konsumen terhadap komoditas (jagung disatu pihak, yang perlu
dijabarkan dalam suatu standar yang telah disepakati dan dibakukan dilain
pihak. Grading dan faktor mutu jagung perlu dipahami terutama untuk menjamin
kepastian (mengurangi perselisihan pendapat/mis-understanding), disamping
sebagai problem solution dalam hal memberikan keadilan bagi pihak-pihak yang
berkompeten.
4. Berbicara masalah grading dan faktor mutu jagung maka jelas diperlukan
faktor-faktor penentu mutu. Terdapat 2 (dua) standar faktor penentu mutu yaitu
faktor kualitatif dan faktor kuantitatif.
a. Faktor penentu mutu kuantitatif, meliputi berbagai item antara lain
sebagai berikut :
Ø Hama : banyaknya hama (hidup) yang telah ditemukan
dalam sample
Ø Kotoran dan benda-benda asing : penelitian terhadap
benda-benda yang ada dalam sample seperti butir pecah atau retak, sisa tanaman,
batu, tanah dan bijian lain.
Ø Kadar air : penelitian terhadap kadar air yang
terdapat pada jagung yang dinyatakan dengan persentase, sedang terhadap bobot
komoditas jagung berdasarkan
v Butir pecah : butir komoditas jagung sehat yang
menjadi pecah selama perlakuan berukuran sama atau lebih besar atau lebih kecil
dari 6/10 butir utuh.
v Butir retak : butir-butir komoditas jagung yang
menjadi retak selama perlakuan.
v Butir rusak : butir – butir komoditas jagung yang
kerusakannya karena berubah warna / bentuk, busuk (berbau tidak disukai),
kerusakan ikrobiologis/ biologis, kimiawi, fisis atau enszimatis dan
berkecambah.
b. Faktor penentu mutu kualitatif, dalam hal ini ada suatu statemen yang
menyatakan sebagai berikut :
Ø biji jagung benar-benar harus bebas dari gejala atau
tanda-tanda terdapatnya bahan Kimia yang membahayakan, baik secara organoleptis
maupun secara visual.
Ø biji jagung harus benar – benar bebas dari hama dan
penyakit
Ø biji jagung harus benar – benar bebas dari bau apek,
busuk, atau masam dan bau asing lainnya.
8.
PROCESSING
A. PEMBERSIHAN
Tujuan kegiatan pembersihan adalah dalam rangka untuk membersihkan jagung
yang telah dipipil dan membuang kotoran seperti sisa janggel, biji yang pecah
atau rusak atau hampa dan kotoran tanah. Terdapat 3 (tiga) cara pembersihan
kotoran jagung yang dapat dilakukan, yaitu antara lain :
a.
Pembersihan secara manual
Pembersihan
secara manual yaitu pembersihan dalam jumlah kecil dengan cara
mengaduk-aduk atau menampi biji jagung pipilan kemudian dibersihkan dengan sapu
lidi.
b. Pembersihan dengan menggunakan ayakan/saringan Ayakan/saringan dalam hal
ini berfungsi sebagai alat pembersih dan sortasi. Adapun pembersihan cara ini
ternyata mempunyai kapasitas lebih banyak dari pada pembersihan secara manual.
Salah satu hal yang mesti harus diperhatikan yaitu kemiringan kerangka
saringan/ayakan sebab kecepatan perjalanan butir ditentukan oleh besarnya sudut
kemiringan bahan; terlebih lagi unit saringan/ayakan ini bekerja dengan prinsip
gerakan eksentrik yang berasal dari mesin penggerak.
c. Pembersihan dengan menggunakan blower Pembersihan dengan menggunakan
blower (alat penghembus), yang kegiatannya biasa dilakukan dalam skala besar,
dimana dengan alat ini maka bahan-bahan dengan bobot dan berat jenis yang lebih
kecil dari jagung dapat ihembus/ditiup dan disortasi dari biji jagung Dalam
proses pembersihan ini, kotoran maupun debu yang sudah di sortasi akan dihisap
oleh aspirator (alat penghisap). Umumnya pembersih seperti ini di rakit
satu kesatuan dengan alat pemipil tipe Tresher serba guna dan Corn Sheller.
B. PENGGILINGAN
Penggilingan jagung ternyata dapat menurunkan sifat kamba (bulky) bahan,
yang mempermudah tahapan selanjutnya yaitu pengemasan dan penyimpanan. jagung
yang akan dikonsumsi perlu dilakukan penggilingan agar meningkatkan palatability
sehingga mampu meningkatkan daya cerna. Peningkatan daya cerna akan
memudahkan pencampuran jagung dengan bahan lain dalam proses pembuatan suatu
produk. Terdapat 2 (dua) cara penggilingan jagung yang dapat dilakukan :
1. Wet
process.
Wet process
yaitu penggilingan jagung yang dilakukan dengan cara basah, biasanya dengan
menggunakan alat sederhana berupa grinder yaitu berupa batu giling atau
lumpang yang dioperasikan dengan menggunakan tenaga manusia. Biasanya kualitas
giling maupun rendemennya rendah karena sortasi hasil samping dan kotoran yang
kurang sempurna penanganannya.
2. Dry
Process
Dry process yaitu
penggilingan jagung yang dilakukan dengan cara kering. Penggilingan jagung cara
kering ini memberikan output yang relatif lebih baik apabila dibandingkan
dengan cara wet process; Produk jagung gilinganya bisa langsung disimpan
tanpa harus melewati proses pengeringan, untuk itu tentunya jagung yang akan
dilakukan penggilingan dalam kondisi cukup kering (dengan kadar air 14%).
Alternatif pemilihan jenis mesin giling perlu mendapatkan perhatian khusus yang
tentunya didasarkan pada jenis dan manfaat jagung giling yang diinginkan.
v Jenis “Roll Mill” dan “Buhr Mill” dipergunakan
untuk menggiling jagung untuk kemudian dijadikan sebagai tepung jagung yang
halus dan seragam.
v Jenis “Hammer Mill” biasanya digunakan untuk
menggiling jagung yang kelak diperlukan sebagai pakan ternak.
C. SAMPLE
SEED
Selain
melakakan prosesing juga melakukan kegiatan pengambilan sampel benih untuk
dilakukan pengujian, umumnya pengambilan sampel tersebut untuk uji daya
kecambah (germination) dan uji kadar air (moisture) kecuali ada permintaan uji
khusus untuk varietas-varietas tertentu. Pengambilan sampel dilakukan pada saat
proses pengolahan berlangsung.
D. PURITY
TEST
Purity seed
adalah satu bentuk pengujian untuk mengetahui tingkat kemurnian suatu benih
apakah tercampur dengan varietas lain atau tidak , parameter yang digunakan
adalah secara fisik yang meliputi keseragaman bentuk, ukuran, bobot, dan
tekstur dari permukaan benih tersebut. Untuk benih hybrid jika benih ternyata
yang dihasilkan mempunyai warna atau tekstur yang ternyata kurang bagus,
misalnya warna yang kusam maka akan dilakukan sortasi