Minggu, 12 Mei 2013

ANALISIS USAHATANI DAN MANAJEMEN BUDIDAYA JAMUR KAYU


Analisis Usahatani Jamur Kayu
Variabel usaha tani yang diperlukan untuk  menentukan  kelayakan sistem budidaya jamur tiram putih meliputi :


A.       Pendapatan Per Tahun.
            Pendapatan per tahun dihitung dalam tiga kali produksi yang masing-masing dalam 1000 bag-log membutuhkan waktu empat bulan, dihitung dengan rumus :

            Pendapatan per tahun = 3 x (produksi) x harga kg-1 berat jamursegar
                      = 3 x (BSTBB x 1000 bag-log) x Rp. 8000,00.



B.       Keuntungan Bersih.
Keuntungan bersih yang diperoleh selama satu tahun dengan tiga kali produksi, ditentukan dengan menggunakan rumus  sebagai berikut :


Keuntungan bersih = Pendapatan (Rp) – Total Biaya (Rp)


C.      Titik Impas.
     Titik impas merupakan titik yang menggambarkan  budidaya jamur tidak mengalami kerugian dan juga tidak mendapatkan keuntungan, dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

                                Biaya Tetap
Titik Impas = -----------------------------------------------------
                       1 - (Biaya Tidak Tetap : Hasil Penjualan)



D.      Tingkat Pengembalian Modal.
            Tingkat pengembalian modal (TPM), yang memberikan gambaran dalam waktu satu tahun produksi, berapa bulan waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal yang telah dipergunakan untuk budidaya jamur tiram putih, yang dihitung sebagai berikut :

                    Jumlah modal yang diperlukan
TPM = --------------------------------------------------
                    Keuntungan Bersih + Biaya Penyusutan




CONTOH PERHITUNGAN


Biaya Usahatani Jamur  Dihitung dalam 1000 Bag-Log


A.       Modal Tetap
Modal tetap yang diperlukan untuk melaksanakan wirausaha lima jenis jamur kayu disajikan pada Tabel 24.



Tabel 24. Modal Tetap Yang Diperlukan Untuk Wirausaha Lima Jenis Jamur Kayu

No.
Uraian
Harga
Satuan (Rp)
Total (Rp)
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

Drum bekas diberi sarangan dan tutup 2 buah
Kompor cap zepelin 2 buah

Tabung minyak ukuran 10 liter 1 buah

Pompa         1 buah

Usuk bambu 18 batang

Kayu (4X6) cm 4 batang

Karung ukuran 1 kw 30 lembar

Paku Berbagai ukuran

Bilik ukuran dinding dari bambu 15 lembar
Atap dari welit (anyaman daun tebu) 50 lembar
Kawat 1 kg

Sewa tempat 1 tahun (2 X 10 ) m

Ongkos membuat rumah jamur
50.000,00

45.000,00

300.000,00

60.000,00

4.000,00

15.000,00

1.000,00



20.000,00

2.500,00

15.000,00

300.000,00


100.000,00

90.000,00

300.000,00

60.000,00

72.000,00

60.000,00

30.000,00

15.000,00

300.000,00

75.000,00

15.000,00

300.000,00

150.000,00


Jumlah

1.567.000,00
Catatan  Modal tetap berlaku 3 tahun



B.       Modal Tidak Tetap
Modal tidak tetap berkaitan dengan bahan habis pakai dalam sekali produksi, untuk wirausaha lima jenis jamur kayu modal tidak tetap disajikan pada Table 25




Tabel 25 Rincian Modal Tidak Tetap untuk Wirausaha Lima Jenis Jamur Kayu

No.
Uraian
Harga
Satuan (Rp)
Total (Rp)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.


Bibit jamur 25 botol
Kapas dakron nomor 1      2 kg
Karet pentil nomor 1    0,5 kg
Minyak tanah 100 liter
Plastik PP 0,08 mm  1000 lembar
Cincin kepala  1000 buah
Calsium Carbonat 5 kg
Gipsum
Tepung jagung  5 kg
SP36  5 kg
Ongkos angkut serbuk gergaji  1 ton
Upah pengemasan dan sterilisasi, pemeliharaan dan panen
7.500,00
15.000,00

1.000,00
150,00
150,00
300,00
2.500,00
1.500,00
1.800,00

187.500,00
30.000,00
7.500,00
100.000,00
150.000,00
150.000,00
1.500,00
37.500,00
7.500,00
9.000,00
300.000,00
300.000,00

Jumlah

1.280.500,00
Catatan: Sekali produksi waktunya 4 bulan dalam setahun berarti 3 kali produksi.




C.      Jumlah Modal Sekali Produksi atau Total Biaya Per Tahun
Jumlah modal sekali produksi dirumuskn sebagai berikut:


 
Penyusutan            = modal tetap : 3

                                    = Rp. 1.567.000,00 : 3     = Rp. 522.333,00




Perbandingan
Hasil Analisis Usahatani lima Jenis Jamur Kayu


A.       Jamur Tiram Putih
a.     Harga per-kg jamur segar Rp. 8 500,-
b.     Nilai Efisiensi Biologi (EB) rata-rata 45%, artinya dalam satu bag-log substrat yang beratnya 1000 g dihasilkan 450 g badan buah jamur segar. Sehingga dalam 1000 bag-log  diperoleh 1000 x 450 g = 450 kg. Hasil penjualan dalam sekali produksi 450 x Rp. 8 500,- = Rp. 3 825 000,-
c.     Hasil Penjualan Per Tahun
Rp. 3 825 000,- x 3 kali produksi = Rp. 11 475 000,-
d.     Keuntungan Bersih Per Tahun
-Pendapatan yang diperoleh Rp. 11 475 000,-
-Total biaya per tahun yang           = Rp. 522 333,- + ( 3 x Rp. 1 280 500,-)
                                                       = Rp. 4 363 833,-
-Keuntungan Bersih yang diperoleh = (Rp. 11 475 000,-) – (Rp. 4 363 833,-)
                                                          = Rp. 7 111 167,-
e.     Titik Impas (BEP)
Titik impas kembali modal (break event point) dihitung dengan rumus :
Titik Impas = biaya tetap : {1 – (biaya tidak tetap : hasil penjualan)}
                   = (Rp. 522 333,-) : {1 – (Rp. 3 841 500,- : Rp. 11 475 000,-)}
                   = Rp. 785 463,16.
Artinya pada tingkat penjualan Rp. 11 475 000,- titik impas kembali modal dicapai pada Rp. 785 463,16.

f.       Tingkat Pengembalian Modal (TPM)
TPM = {(jumlah modal) : (keuntungan bersih = penyusutan)} x 12 bulan
         =  {(Rp. 5 408 500,-) : (Rp. 7 111 167,- +  Rp. 522 333,-)} x 12 bulan
         =  Rp. 8,5 bulan
artinya waktu yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran atau biaya investasi ialah 8,5 bulan.

B.       Jamur Tiram Merah
a.     Harga per-kg jamur segar Rp. 9 500,-
b.     Nilai Efisiensi Biologi (EB) rata-rata 35%, artinya dalam satu bag-log substrat yang beratnya 1000 g dihasilkan 350 g badan buah jamur segar. Sehingga dalam 1000 bag-log  diperoleh 1000 x 350 g = 350 kg. Hasil penjualan dalam sekali produksi 350 x Rp. 9 500,- = Rp. 3 325 000,-
c.     Hasil Penjualan Per Tahun
Rp. 3 325 000,- x 3 kali produksi = Rp. 9 975 000,-
d.     Keuntungan Bersih Per Tahun
-Pendapatan yang diperoleh Rp. 9 975 000,-
-Total biaya per tahun                   = Rp. 522 333,- + ( 3 x Rp. 1 280 500,-)
                                                      = Rp. 4 363 833,-
-Keuntungan Bersih yang diperoleh = (Rp. 9 975 000,-) – (Rp. 4 363 833,-)
                                                          = Rp. 5 611 167,-
e.     Titik Impas (BEP)
Titik impas kembali modal (break event point) dihitung dengan rumus :
Titik Impas = biaya tetap : {1 – (biaya tidak tetap : hasil penjualan)}
            = (Rp. 522 333,-) : {1 – (Rp. 3 841 500,- : Rp. 9 975 000,-)}
            = Rp. 849 321,95.
Artinya pada tingkat penjualan Rp. 9 975 000,- titik impas kembali modal dicapai pada Rp. 849 321,95.
f.       Tingkat Pengembalian Modal (TPM)
TPM = {(jumlah modal) : (keuntungan bersih = penyusutan)} x 12 bulan
         =  {(Rp. 5 408 500,-) : (Rp. 5 611 167,- +  Rp. 522 333,-)} x 12 bulan
         =  Rp. 10,6 bulan
artinya waktu yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran atau biaya investasi ialah 10,6 bulan.


C.      Jamur Tiram Coklat
a.     Harga per-kg jamur segar Rp. 11 000,-
b.     Nilai Efisiensi Biologi (EB) rata-rata 40%, artinya dalam satu bag-log substrat yang beratnya 1000 g dihasilkan 400 g badan buah jamur segar. Sehingga dalam 1000 bag-log  diperoleh 1000 x 400 g = 400 kg. Hasil penjualan dalam sekali produksi 400 x Rp. 11 000,- = Rp. 4 400 000,-
c.     Hasil Penjualan Per Tahun
Rp. 4 400 000,- x 3 kali produksi = Rp. 13 200 000,-
d.     Keuntungan Bersih Per Tahun
-Pendapatan yang diperoleh Rp. 13 200 000,-
-Total biaya per tahun                      = Rp. 522 333,- + ( 3 x Rp. 1 280 500,-)
                                                         = Rp. 4 363 833,-
-Keuntungan Bersih yang diperoleh = (Rp. 13 200 000,-) – (Rp. 4 363 833,-)
                                                   = Rp. 8 836 167,-
e.     Titik Impas (BEP)
Titik impas kembali modal (break event point) dihitung dengan rumus :
Titik Impas = biaya tetap : {1 – (biaya tidak tetap : hasil penjualan)}
            = (Rp. 522 333,-) : {1 – (Rp. 3 841 500,- : Rp. 13 200 000,-)}
            = Rp. 735 680,28.
Artinya pada tingkat penjualan Rp. 13 200 000,- titik impas kembali modal dicapai pada Rp. 735 680,28.
f.       Tingkat Pengembalian Modal (TPM)
TPM = {(jumlah modal) : (keuntungan bersih = penyusutan)} x 12 bulan
         =  {(Rp. 5 408 500,-) : (Rp. 8 836 167,- +  Rp. 522 333,-)} x 12 bulan
         =  Rp. 6,9 bulan
artinya waktu yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran atau biaya investasi ialah 6,9 bulan.

D.      Jamur Kuping Hitam
a.     Harga per-kg jamur segar Rp. 12 500,-
b.     Nilai Efisiensi Biologi (EB) rata-rata 45%, artinya dalam satu bag-log substrat yang beratnya 1000 g dihasilkan 450 g badan buah jamur segar. Sehingga dalam 1000 bag-log  diperoleh 1000 x 450 g = 450 kg. Hasil penjualan dalam sekali produksi 400 x Rp. 12 500,- = Rp. 5 625 000,-
c.     Hasil Penjualan Per Tahun
Rp. 5 625 000,- x 3 kali produksi = Rp. 16 875 000,-
d.     Keuntungan Bersih Per Tahun
-Pendapatan yang diperoleh Rp. 16 875 000,-
-Total biaya per tahun                       = Rp. 522 333,- + ( 3 x Rp. 1 280 500,-)
                                                          = Rp. 4 363 833,-
-Keuntungan Bersih yang diperoleh = (Rp. 16 875 000,-) – (Rp. 4 363 833,-)
                                                          = Rp. 12 511 167,-
e.     Titik Impas (BEP)
Titik impas kembali modal (break event point) dihitung dengan rumus :
Titik Impas = biaya tetap : {1 – (biaya tidak tetap : hasil penjualan)}
                   = (Rp. 522 333,-) : {1 – (Rp. 3 841 500,- : Rp. 16 875 000,-)}
                   = Rp. 678 354,55.
Artinya pada tingkat penjualan Rp. 16 875 000,- titik impas kembali modal dicapai pada Rp. 678 354,55.
f.       Tingkat Pengembalian Modal (TPM)
       TPM = {(jumlah modal) : (keuntungan bersih = penyusutan)} x 12 bulan
                =  {(Rp. 5 408 500,-) : (Rp. 12 511 167,- +  Rp. 522 333,-)} x 12 bulan
                =  Rp. 5,0 bulan
artinya waktu yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran atau biaya investasi ialah 5,0 bulan.

E.       Jamur Shitake
a.     Harga per-kg jamur segar Rp. 18 000,-
b.     Nilai Efisiensi Biologi (EB) rata-rata 40%, artinya dalam satu bag-log substrat yang beratnya 1000 g dihasilkan 400 g badan buah jamur segar. Sehingga dalam 1000 bag-log  diperoleh 1000 x 400 g = 400 kg. Hasil penjualan dalam sekali produksi 400 x Rp. 18 000,- = Rp. 7 200 000,-
c.     Hasil Penjualan Per Tahun
Rp. 7 200 000,- x 3 kali produksi = Rp. 21 600 000,-
d.     Keuntungan Bersih Per Tahun
-Pendapatan yang diperoleh Rp. 21 600 000,-
-Total biaya per tahun                         = Rp. 522 333,- + ( 3 x Rp. 1 280 500,-)
                                                            = Rp. 4 363 833,-
-Keuntungan Bersih yang diperoleh = (Rp. 21 600 000,-) – (Rp. 4 363 833,-)
                                                          = Rp. 17 236 167,-
e.     Titik Impas (BEP)
Titik impas kembali modal (break event point) dihitung dengan rumus :
Titik Impas = biaya tetap : {1 – (biaya tidak tetap : hasil penjualan)}
                   = (Rp. 522 333,-) : {1 – (Rp. 3 841 500,- : Rp. 21 600 000,-)}
                   = Rp. 635 441,61.
Artinya pada tingkat penjualan Rp. 21 600 000,- titik impas kembali modal dicapai pada Rp. 635 441,61.
f.       Tingkat Pengembalian Modal (TPM)
TPM = {(jumlah modal) : (keuntungan bersih = penyusutan)} x 12 bulan
         =  {(Rp. 5 408 500,-) : (Rp. 17 236 167,- +  Rp. 522 333,-)} x 12 bulan
         =  Rp. 3,7 bulan
artinya waktu yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran atau biaya investasi ialah 3,7 bulan.

HASIL PERBANDINGAN
Tabel 26 Perbandingan Analisis Usaha Tani dari Lima Jenis Jamur Kayu

No.
Jenis Jamur
Efisiensi Biologi (%)
Keuntungan Bersih (Rp)
Titik Impas (Rp)
Tingkat Pengembalian Modal (bln)
1.
Tiram Putih
45
7 111 167
785 463,16
8,5
2.
Tiram Merah
35
5 611 167
849 321,95
10,6
3.
Tiram Coklat
40
8 836 167
735 680,28
6,9
4.
Kuping Hitam
45
12 511 167
678 354,55
5,0
5.
Shitake
40
17 236 167
635 441,61
3,7
Catatan :   -    produksi jamur dihitung dalam bentuk bobot segar
-          dalam perhitungan tidak termasuk gaji karyawan, pimpinan dan lain sebagainya
-          pola perhitungan menggunakan menejemen wirausaha jamur yang sederhana.

Manajemen Wirausaha Jamur Kayu
Berwirausaha jamur kayu tidak ubahnya mengelola suatu bisnis yang tujuan ahirnya harus mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya. Guna mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu manjemen yang mengatur mulai dari perencanaan sampai evaluasi hasil produksi. Dalam budidaya jamur kayu seorang wirausahawan dituntut bukan saja akhli dalam menghasilkan jamur tetapi juga dituntut untuk mampu membaca permintaan konsumen. Penguasaan lapangan yang baik  memberikan korelasi yang positip terhadap produk jamur yang dihasilkan. Walau petani terus menerus meningkatkan metode dan teknik untuk memperbaiki produktivitas, kurang ada gunanya jika jamur yang dihasilkan tidak disukai oleh konsumen
Dua hal tersebut di atas yang tidak semua wirausahawan jamur mampu memerankan sehingga tidak jarang produksi jamur melimpah tetapi tidak ada permintaan atau banyak permintaan tetapi suplai barang tidak ada. Oleh sebab itu dalam berbisnis kita harus mendefinisikan bisnis dengan benar. Agar wirausaha  jamur tidak menyerupai kasus komoditi cabai yang sulit diatasi secara makro yang terkenal dengan sebutan commodity trap maka langkahnya yaitu menjadikan petani jamur tidak sekedar sebagai penanam tetapi dibekali dengan sense of businees.

11.5.  Pengertian Bisnis dan Arti Pentingnya.
Bisnis berasal dari bahasa Inggris yang berarti : perusahaann, urusan atau usaha. Secara sempit bisnis diartikan kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam arti yang lebih luas bisnis mencakup usaha-usaha yang dilakukan oleh pihak pemerintah dan swasta baik yang mengejar keuntungan atau tidak.
Semua manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka, dan kebutuhan ini harus dipenuhi, yaitu berupa kebutuhan akan makanan, pakaian, dan papan. Khusus untuk kebutuhan makanan dan kesehatan bisnis jamur kayu merupakan salah satu produk yang disukai dan dibutuhkan oleh masyarakat. Bagi dunia tata boga jamur kayu seperti tiram, kuping, dan shitake sudah dikenal secara turun temurun.
Semua kebutuhan tersebut dapat dipenuhi melalui kegiatan bisnis, jadi tujuan utama bisnis ialah untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat. Tujuan lain dari bisnis adalah memperoleh laba, sehingga modal yang digunakan dapat digulirkan secara terus menerus. Laba bagi wirausahawan jamur sangat penting sebab :
1.       Laba menjadi tujuan dari kegiatan wirausaha, agar dapat menjaga kelangsungan usaha tersebut,
2.       Laba adalah sebagai insentif atau pendorong untuk bekerja lebih efisien,
3.       Laba yang dicapai merupakan ukuran standar perbandingan dengan wirausaha pertanian yang lain,
4.       Laba akan merupakan penghasilan bagi pemerintah, karena dengan meningkatnya laba bisnis, maka meningkat pula penghasilan pemerintah melalui sistem perpajakan.

11.6.  Peluang-peluang Berwirausaha Jamur Kayu.
Wirausaha atau bisnis menyediakan peluang yang tidak terbatas bagi siapa saja yang memiliki niat, semangat, energi dan berani menghaadapi tantangan. Bisnis menyediakan lapngan pekerjaan dari berbagai status dan lapangan. Mulai dari pekerja, direktur dan lain sebagainya.
Dalam berbisnis harus sangat tanggap terhadap kekurangan barang di pasar guna memenuhi kebutuhan mnusia sepanjang massa. Kegiatan semacam ini bergulir terus menerus seperti suatu siklus yang tidak ada henti-hentinya, dan tantangan datang terus menerus. Fenomena semacam ini sangat sesuai dengan jiwa anak muda (mahasiswa) yang sangat haus tantangan.
Jika suatu wirausaha sudah dimulai, maka saat itu juga tanggung jawab harus dipikul terhadap masyarakat. Semua usaha harus dimulai dari bawah agar memiliki pondasi kuat untuk mencapai tingkat profesional. Pengorbanan tenaga, biaya, dan waktu untuk mendapatkan pengalaman, ketrampilan, dan keahlian sudah sangat wajar dilalui para wirausahawan yang sukses.

11.7  Pertanyaan Dalam Berbisnis Jamur
 Bisnis dalam masyarakat akan menjawab dua pertanyaan utama yang berkaitan dengan para konsumen. Pertanyaan pertama : Apa yang akan diproduksi, hal ini ditentukan oleh needs dan wants konsumen masa kini. Needs = kebutuhan, artinya suatu rasa kekurangan yang perlu dipenuhi oleh barang dan jasa, sedangkan Wants  berarti suatu kebutuhan yang sudah dipengaruhi oleh suatu budaya kebiasaan tertentu.
Produksi diartikan sebagai usaha menciptakan barang dan jasa yang menambah kegunaan (utility). Ada empat kegunaan dari suatu produksi yaitu :
1.       Form utility yaitu mengubah bentuk barang menjadi barang baru, contohnya seperti badan buah jamur dirubah menjadi jamur instan atau kapsul atau ekstrak jamur madu.
2.       Place utility yaitu kegunaan karena adanya perpindahan tempat, misalnya barang berpindah tempat dari satu kota ke kota lain, atau dari desa ke kota.
3.       Time utility ialah kegunaan karena adanya tenggang waktu
4.       Possesssion utility yaitu kegunaan akan semakin meningkat karena adanya perpindahan hak milik dari penjual kepada pembeli.
Istilah produktivitas diartikan perbandingan antara hasil produksi dengan pengorbanan-pengorbanan yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang tersebut. Produktivitas erat kaitannya dengan efisiensi, makin tinggi efisiensi makin tinggi pula produktivitas. Biaya yang dikeluarkan untuk membuat suatu barang disebut efisiensi (daya guna), dan bila melihat hasil yang dicapai dibandingkan dengan biaya yang dikorbankan disebut produktivitas (hasil guna).
Wirausaha jamur kayu di tingkat pedesaan yang memanfaatkan pekarangan atau bekas kandang ternak merupakan upaya membangun bisnis kecil. Mengapa pengusahaan jamur tersebut digolongkan dalam bentuk bisnis kecil karena usaha tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.     Manajemennya dilakukan secara bebas, biasanya pemilik langsung menjadi menejer,
2.     Modal berasal dari pemilik atau kelompoknya,
3.     Daerah operasinya bersifat lokal, dan si pemilik bertempat tinggal tidak jauh dari lokasi bisnis,
 Ada kalanya bisnis jamur ini bersifat sambilan yang dilakukan oleh seseorang dengan dibantu oleh sanak famili. Model yang demikian lebih tepat disebut sebagai sektor informal. Adapun ciri –ciri dari sektor informal ini antara lain :
1.    Kegiatan usaha tidak terorganisasi dengan baik
2.    Belum mempunyai izin usaha yang resmi
3.    Teknologi yang digunakan sangat sederhana
4.    Modal dan perputaramn usaha sangat kecil
5.     Pendidikan formal dari para pengelolanya tidak menjadi pertimbangan dalam membuka usaha
6.     Usahanya bersifat mandiri, jika ada karyawan biasanya dari keluarga sendiri.
7.     Oleh sebabitu bentuk usaha bisnis kecil dapat dibedakan dengan melihat cara pengelolaan, lokasi, luas meter persegi tempat usaha, komoditi yang dijual, pemilikan, karyawan, dan teknologi yang digunakan.

11.8.  Resiko dan Kegagalan Bisnis Kecil Jamur

Setiap bisnis memiliki resiko tetapi resiko bagi bisnis kecil sangat tinggi dibandingkan dengan bisnis besar. Kelangsungan hidup bisnis kecil sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, lokasi, persaingan, kualifikasi pemilik, dan efektifitas menjalankan bisnis. Faktor-faktor yang sering menyebabkan kegagalan pada bisnis kecil misalnya terjadinya bencana alam, kecelakaan, menurunnya produktivitas pemilik, dan hal-hal yang menyangkut manajerialnya, seperti kesalahan membaca pasar.

11.9.  Prospek Bisnis Kecil di Masa depan

Bisnis kecil memberikan tantangan kepada anak muda baik laki-laki maupun perempuan. Terutama para remaja yang telah tamat dari SMA atau perguruan tinggi. Bekal penalaran dan ketajaman analisa sangat sesuai untuk menghadapi masa depan bisnis kecil. Ada beberapa kiat agar  dapat menjadi seorang wirausahawan yang sukses yaitu :
1.     Memiliki semangat dan daya juang yang tinggi serta jujur,
2.     Memiliki kepercayaan diri dan memiliki ketajaman menganalisis keadaan
3.     Mempunyai tujuan yang tinggi tetapi realistis dan dapat dicapai
4.     Memiliki pandangan kedepan untuk kemajuan usahanya
5.     Memberikan produk yang terbaik dalam persaingan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar