TEKNIK BUDIDAYA
TANAMAN TEH
Klasifikasi Tanaman Teh
Menurut Graham (1984), tanaman teh (Camellia sinensis) diklasifikasikan
sebagai berikut.
Divisi
:
Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Sub Kelas
: Dialypetalae
Ordo
: Clusiales
Familia
: Theaceae
Genus
:
Camellia
Spesies
: Camellia sinensis
Syarat Tumbuh Tanaman Teh
Iklim untuk budidaya teh yang tepat yaitu dengan curah
hujan tidak kurang dari 2.000 mm/tahun.Tanaman memerlukan matahari yang
cerah.Suhu udara harian tanaman teh adalah 13-25o C.Kelembaban kurang dari 70%.Untuk
media tanamnya jenis tanah yang cocok untuk teh adalah Andasol, Regosol, dan
Latosol.Namun teh juga dapat dibudidayakan di tanah podsolik (Ultisol), Gley
Humik, Litosol, dan Aluvia.Teh menyukai tanah dengan lapisan atas yang tebal,
struktur remah, berlempung sampai berdebu, dan gembur. Derajat kesamaan tanah
(pH) berkisar antara 4,5 sampai 6,0. Berdasarkan ketinggian tempat, kebun teh
di Indonesia dibagi menjadi tiga daerah yaitu dataran rendah sampai 800 m dpl,
da-taran sedang 800-1.200 m dpl, dan dataran tinggi lebih dari 1.200 m dpl.
Per-bedaan ketinggian tempat menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan kualitas
teh.Ketinggian tempat tergantung dari klon, teh dapat tumbuh di dataran rendah
pada 100 m dpl sampai ketinggian lebih dari 1000 m dpl (Setyamidjadja, 2000).
A. Persiapan Lahan
Persiapan
lahan dimulai dengan pembongkaran tunggul-tunggul dan pohon sampai ke akar agar
tidak menjadi sumber penyakit akar. Lahan yang digunakan untuk
penanaman baru dapat berupa hutan belantara, semak belukar atau lahan pertanian
lain, yang telah diubah dan dipersiapkan bagi tanaman teh. Secara umum
urutan kerja persiapan lahan bagi penanaman baru adalah sebagai
berikut.
1.
Survey dan pemetaan tanah
Survey dan pemetaan tanah perlu
dilakukan karena berguna dalam me-nentukan sarana dan prasarana yang akan
dibangun seperti jalan-jalan kebun untuk transportasi dan kontrol, serta
pembuatan peta kebun dan peta kemampuan lahan.
2.
Pembongkaran pohon dan tunggul
Pelaksanaan Pembongkaran pohon dan
tunggul dapat dilakukan dengan tiga cara berikut.
a.
Pohon dan tunggul dibongkar langsung secara tuntas sampai keakar-akarnya, agar
tidak menjadi sumber penyakit akar bagi tanaman teh.
b.
Pohon dapat dimatikan terlebih dahulu sebelum dibongkar dengan cara pengulitan
pohon (ring barking), mulai dari
batas permukaan tanah sampai setinggi 1m. setelah 6-12 bulan, pohon akan kering
dan mati.
Pohon akan mati setelah 6-12 bulan,
yaitu setelah cadangan pati dalam akar habis. Batang ditebang pada batang leher
akar dan tunggul ditimbun sedalam 10 cm dengan tanah.
1.
Pembersihan semak belukar dan gulma
Setelah dilaksanakan pembongkaran
dan pembuangan pohon, semak belukar dibabat, kemudian digulung kemudian dibuang
ke jurang yang tidak ditanami teh, atau ditumpuk di pinggir lahan yang
akan ditanami. Sampah tersebut tidak boleh dibakar karena pembakaran akan merusak
keadaan teh, membunuh mikroorganisme tanah yang berguna, dan akan membakar
humus tanah, sehingga akan menyebabkan tanah menjadi tandus. Pembersihan gulma
dapat juga menggunakan bahan kimia yaitu herbisida dengan dosis yang telah
tercantum dalam merk dagang.
2.
Pengolahan tanah
Maksud pengolahan tanah adalah
mengusahakan tanah menjadi subur, gembur dan bersih dari sisa-sisa akar dan
tunggul, serta mematikan gulma yang masih tumbuh. Areal yang akan ditanami
dicangkul sebanyak dua kali. Pencangkulan pertama dilakukan sedalam 60 cm untuk
menggemburkan tanah, membersihkan sisa-sisa akar dan gulma.Sedangkan
pencangkulan kedua dilakukan setelah 2-3 minggu pencangkulan pertama, dilakukan
sedalam 40 cm untuk martakana lahan.
3.
Pembuatan jalan dan saluran drainase
Setelah pengolahan selesai selanjutnya
dilakukan pengukuran dan pematokkan.Ajir/patok dipasang setiap jarak 20 m, baik
kearah panjang maupun kearah lebar. Dengan demikian akan terbentuk
petakan-petakan yang berukuran 20m x 20m atau seluas 400 m2.
B. Pembibitan
Tanaman teh dapat diperbanyak
secara generative maupun secara vegetative. Pada perbanyakan secara generative
digunakan bahan tanam asal biji, sedangkan perbanyakan secara vegetative
digunakan bahan tanaman asal setek berupa klon.Biji yang baik ditandai dengan
beberapa ciri, antara lain:
a.
Kulit biji berwarna hitam dan mengkilap.
b.
Berisi penuh, dengan isi biji berwarna putih.
c.
Mempunyai berat jenis yang lebih besar dari pada air, sehingga apabila
dimasukkan kedalam air akan tenggelam.
d.
Mempunyai bentuk dan ukuran yang normal.
e.
Tidak terserang penyakit, cendawan ataupun kepik biji.
1.
Penyemaian biji
Persiapan lahan untuk persemaian
harus dilaksanakan 6 bulan sebelum penyemaian benih.Tanah dibersihkan dan
dicangkul sedalam 30 cm, ke-mudian dibuat bedengan.Diantara bedengan dibuat
saluran drainase untuk membuang kelebihan air.Bedengan diberi atap naungan
miring timur-barat dengan sudut kemiringan 300.Pengecambahan biji dimaksudkan untuk
memperoleh biji yang tumbuh seragam dan serempak sehingga memudahkan
pemindahannya ke persemaian bibit atau ke kantong plastik.
2.
Pemeliharaan dipersemaian bibit asal biji
Untuk memperoleh bibit yang baik,
yang tumbuh subur dan sehat serta terhindar dari gangguan hama dan penyakit,
bibit dipersemaian harus dijaga dengan baik.
3.
Pemindahan bibit ke lapangan
Setelah bibit berumur dua tahun,
benih yang mempunyai ukuran lebih besar dari pensil, dapat dibongkar untuk
dipindahkan ke kebun.
Cara pembongkaran bibit adalah
sebagai berikut:
a.
Dua minggu sebelum bibit dibongkar, batang dipotong setinggi 15-20 cm dari
permukaan tanah.
b. Bibit
dibongkar dengan cara mencangkul tanah disekitar bibit sedalam 60 cm,
selanjutnya dicabut dengan hati-hati, akar tunggang dan akar se-rabut yang
terlalu panjang bisa dipotong.
c. Bibit
ini disebut bibit stump, yang
sebaiknya ditanam segera pada hari itu juga di kebun yang telah dipersiapkan.
d. Bibit yang
ukuran batangnya lebih kecil dari pensil sebaiknya tidak di-gunakan.
Media
tanah untuk stek terdiri dari tanah lapisan atas (topsoil) dan lapisan bawah (subsoil).
Syarat-syarat subsoil yang baik adalah mengandung liat yang relatif tinggi
sehingga dapat menahan ataupun menyerap air lebih lama, kan-dungan pasir tidak
boleh lebih dari 30%, dan bahan organik maksimal 10%. Serta pH ta-nah 4,5 –
5,6. Mengingat pentingnya penggunaan media yang steril untuk persemaian guna
untuk membantu terciptanya bibit yang sehat dan layak untuk
dikem-bangkan.Karena suatu kondisi media persemaian merupakan salah satu faktor
dalam menentukan keberberhasilan ataupun kegagalan bibit yang dihasilkan.
Tanah
disimpan selama 4-6 minggu dalam bangunan penyimpanan, dan tanah harus tetap
dalam keadaan lembab.Setelah disimpan, ayaklah tanah menggunakan ayakan kawat
yang berdiameter ± 1 cm. sebelum media tanah di-masukkan kedalam kantong
plastik, terlebih dahulu dicampur dulu dengan pupuk, fungisida dan tawas. Bahan
campuran dan dosis untuk media tanah dapat dilihat pada Tabel 1.
Adapun pengambilan ranting stek atau
stekres mulai dapat diambil 4 bulan
setelah pemangkasan.Tanda bahwa setekres matang
ialah apabila pangkal stekres sepanjang ± 10 cm sudah menunjukkan warna
coklat.ranting dipotong dengan pisau tajam. Satu stek terdiri dari satu lembar
daun dengan ruas sepanjang 0.5 cm diatas dan 3-4 cm dibawah buku.Setek
ditampung dalam satu tempat yang berisi air bersih.Stek tidak boleh direndam
lebih dari 30 menit.Dari satu ranting stek hanya digunakan bagian tengahnya
saja dan rata-rata diperoleh 3-4 stek yang baik untuk dijadikan bibit. Penanaman setek:
1.
Satu hari sebelum setek ditanam, kantong plastik/polibag yang sudah berisi
tanah disiram dengan air bersih sampai cukup basah.
2. Setek dicelupkan dalam larutan
Dithane M 45 0,2% selama 1 menit dan Atonik 0,025% selama 2 menit.
3.
Setek ditanam dengan mengarah daun ke tangan si penanam. Arah daun miring ke
atas dan tidak boleh saling menutupi satu sama lain.
4.
Setelah itu disiram kembali dengan air bersih secara hati-hati agar setekan
tidak goyah.
5.
Bedengan ditutup dengan sungkup plastik
6.
Sungkup plastik ditutup selama 3-4 bulan tergantung pertumbuhan bibit, dan
hanya dibuka untuk keperluan pemeliharaan saja setelah itu segera ditutup
kembali (setelah pemeliharaan selesai).
C. Penanaman
Dalam penanaman,
hal-hal yang harus diperhatikan adalah penentuan jarak tanam yang tepat,
pengajiran, pembuatan lubang tanam, teknik penanaman dan penanaman tanaman
pelindung yang diperlukan.
Pembuatan lubang tanam
dilakukan 1-2 minggu sebelum dilakukan penanaman.Lubang tanam yang dibuat tepat
di tengah-tengah diantara dua ajir. Ukuran lubang tanamnya adalah:
1.
Untuk bibit asal stump biji: 30 cm x
30 cm x 40 cm.
2.
Untuk bibit stek dalam kantong plastik: 20 cm x 20 cm x 40 cm.
Ada dua kegiatan dalam proses
penanaman, yaitu:
1.
Pemberian pupuk dasar
Pupuk dasar yang dianjurkan terdiri atas Urea 12,5 g + TSP 5 g + KCl
5 g per lubang. Apabila pH tanah diatas 6, maka lubang tanam diberikan belerang
murni (belerang cirrus) sebanyak
10-15 g per lubang.
2.
Cara penanaman
a.
Menanam bibit stump
Bibit stump biasanya ditanam pada umur 2 tahun. Bibit ditanam dengan cara
dimasukkan ke dalam lubang tanam, persis di tengah-tengah lubang, dengan leher
akar tepat dipermukaan tanah. Selanjutnya lubang tanam ditimbun dan dipadatkan
dengan diinjak.Bibit tidak boleh miring dan tanah di sekitar lubang tanam
diratakan.
b.
Menanam bibit asal stek
Mula-mula kantong plastik disobek
pada bagian bawah dan sampingnya untuk memudahkan melepaskan bibit dari
plastik. Ujung kantong plastik bagian bawah yang telah sobek ditarik keatas
sehingga bagian bawah kantong plastik terbuka .selanjutnya bibit dipegang
dengan tangan kiri, disanggga dengan belahan bambu, kemudian dimasukkan ke
dalam lubang, sementara tangan kanan menimbun lubang dengan tanah yang berada
di sekitar lubang dengan menggunakan kored.
Adapun untuk penanaman pohon
pelindung atau pohon naungan pertanaman teh terdiri atas pohon pelindung
sementara dan pohon pelindung tetap.Untuk dataran rendah dan sedang, pohon
pelindung sangat diperlukan oleh tanaman teh agar pertumbuhannya baik. Jenis – jenis
pohon pelindung, yaitu :
1.
Pohon pelindung sementara
Pohon pelindung sementara adalah
pupuk hijau seperti Theprosiasp.
Atau Crotalaria sp. Penanaman pohon pelindung sementara
dilakukan setelah penanaman teh selesai. Kebutuhan benih pupuk hijau tersebut
adalah 10 kg-12 kg/ha.
2.
Pohon pelindung tetap
Penanaman pohon pelindung tetap
diutamakan untuk daerah dengan ketinggian kurang dari 1.000 m dpl.Penggunaan
pohon pelindung tetap bukan jenis Leguminoceae,
ini tidak dianjurkan. Jenis pelindung yang akan ditanam harus dipilih yang
memenuhi persyaratan sebagai pelindung, yaitu memilki mahkota yang baik,
perakarannya dalam dan kuat, dan resistensinya terhadap serangan hama atau
penyakit baik.
Agar pohon
pelindung tetap berfungsi baik pada tanaman teh, pohon pelindung harus sudah
dapat melindungi tanaman teh pada saat tanaman teh berumur 2-3 tahun.
D. Pemeliharaan
1.
Pemeliharaan dan pemangkasan
Tanaman teh yang belum
menghasilkan mendapat naungan sementara dari tanaman pupuk hijau seperti Crotalaria sp. atau Theprosia sp. Namun sementara ini biasa ditanam selang dua baris
dari tanaman teh, dan pada umur sekitar enam bulan tingginya telah mencapai
lebih dari satu meter.Agar tanaman pupuk hijau ini tidak mengganggu pertumbuhan
tanaman teh, perlu dilakukan pemangkasan.Pemangkasan dilakukan pada tinggi 50
cm dan sisa pangkasan dihamparkan sebagai mulsa disekitar tanaman.Pemangkasan
tanaman pupuk hijau dilakukan setiap enam bulan sekali yaitu pada waktu musim
hujan.Jangan melakukan pemangkasan pada musim kemarau karena pada saat itu
tanaman teh muda membutuhkan naungan.
2.
Pengendalian gulma
Pengendalian teh di perkebunan teh
merupakan salah satu kegiatan rutin yang sangat penting dalam pemeliharaan
tanaman teh. Populasi gulma yang tumbuh tidak terkendali, akan merugikan
tanaman teh karena terjadinya persaingan di dalam memperoleh unsur hara, air,
cahaya matahari, dan ruang tumbuh. Jenis-jenis gulma tertentu diduga pula
mengeluarkan senyawa racun (allelopati)
yang membahayakan tanaman teh.
Gulma akan menimbulkan masalah besar
terutama pada areal tanaman teh muda atau pada areal tanaman teh produktif yang
baru dipangkas. Hal ini sebabkan sebagian besar permukaan tanah terbuka dan
secara langsung mendapatkan sinar matahari, sehingga perkecambahan maupun laju
per-tumbuhan berbagai jenis gulma berlangsung sangat cepat.Pengendalian gulma
pada pertanaman teh bertujuan untuk menekan serendah mungkin kerugian yang
ditimbulkan akibat gulma, sehingga diperoleh laju pertumbuhan tanaman teh dan
produksi pucuk yang maksimal.
3.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Penyakit cacar yang
disebabkan oleh jamur Exobasidium
VexansMassae berasal dari Assam, India.Untuk pertama kalinya penyakit ini
ditemukan di Indonesia pada tahun 1949, yaitu di perkebunan Bah Butong,
Sumatera Utara.Sejak saat ini penyakit cacar meluas ke hampur seluruh
perkebunan teh di Indonesia, dan menjadi penyakit yang paling merugikan,
terutama untuk kebun-kebun teh di dataran tinggi. Penyakit cacar dapat
mengakibatkan kehilangan hasil sampai dengan 40% dan penurunan kuallitas teh
jadi, yang ditandai berkurangnya kandungan theaflavin, thearubigin, kafein,
substansi polimer tinggi, dan fenol total pucuk.
Intensitas
serangan 28% sudah dapat mengakibatkan penurunan kualitas teh jadi, sedangkan
kehilangan hasil baru dapat terjadi pada intensitas serangan 35%.Sampai saat
ini tindakkan pengendalian penyakit cacar yang paling umum dilakukan di
kebun-kebun teh adalah penggunaan fungisida sintetik, terutama fungisida
tembaga, karena dianggap sebagai suatu teknik pengendalian yang efektif,
praktis, dan ekonomis.
E. Pemetikan
Pemetikan
adalah pemungutan hasil pucuk tanaman teh yang memenuhi syarat-syarat
pengolahan.pemetikan berfungsi pula sebagi usaha membentuk kondisi tanaman agar
mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan. Panjang pendeknya periode pemetikan
ditentukan oleh umur dan kecepatan pembentukan tunas, ketinggian tempat, iklim
dan kesehatan tanaman.Pucuk teh di petik dengan periode antara 6-12 bulan. Teh
hijau Jepang dipanen dengan frekuensi yang lebih lama yaitu 55 hari
sekali. Di samping faktor luar dan dalam, kecepatan pertumbuhan tunas baru
dipengaruhi oleh daun-daun yang tertinggal pada perdu yang biasa disebut daun
pemeliharaan. Tebal lapisan daun pemeliharaan yang optimal adalah 15-20 cm,
lebih tebal atau lebih tipis dari ukuran tersebut pertumbuhan akan terhambat.
kecepatan pertumbuhan tunas akan mempengaruhi beberapa aspek pemetikan, yaitu:
jenis pemetikan, jenis petikan, daur petik, pengaturan areal petikan,
pengaturan tenaga petik, dan pelaksanaan pemetikan.
Beberapa istilah perlu diketahui baik dalam pemetikan maupun dalam menentukan rumus-rumus pemetikan.
Istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Peko adalah kuncup tunas aktif berbentuk runcing yang terletak pada ujung
pucuk, dalam rumus petikan tertulis dengan huruf p.
2.
Burung adalah tunas tidak aktif berbentuk titik yang terletak pada ujung pucuk
dalam rumus petik tertulis dengan huruf b.
3.
Kepel adalah dua daun awal yang keluar dari tunas yang sebelahnya tertutup
sisik. Sisik ini segera berguguran apabila daun kepel mulai tumbuh.Mula-mula
tumbuh daun kecil berbentuk lonjong, licin, tidak bergerigi, biasa disebut
kepel ceuli.Selanjutnya kepel ceuli diikuti oleh pertumbuhan sehelai daun kepel
yang lebih besar yang disebut kepel licin.Setelah daun-daun ini terbentuk, baru
diikuti oleh pertumbuhan daun yang bergerigi atau normal.Daun kepel ini dalam
rumus petikan ditulis dengan huruf k.
4.
Daun biasa/normal adalah daun yang tumbuh setelah terbentuk daun-daun kepel,
berbentuk dan berukuran normal serta sisinya bergerigi. Dalam rumus petik
ditulis dengan angka 1,2,3,4 dan seterusnya tergantung beberapa helai daun yang
terdapat pada pucuk tersebut.
5.
Daun muda adalah daun yang baru terbentuk tetapi belum terbuka seluruhnya, dan
dalam rumus pemetikan ditulis dengan huruf m
mengikuti angka (1m, 2m, 3m).
6.
Daun tua adalah daun yang berwarna hijau gelap, terasa keras, dan bila
dipatahkan berserat. Dalam rumus pemetikan ditulis dengan huruf t mengikuti angka (1t, 2t, 3t).
7.
Manjing adalah pucuk yang telah memenuhi syarat sesuai dengan sistem pemetikan
yang telah ditentukan.
- Jenis pemetikan yang dilakukan selama satu daun
pangkas terdiri dari:
1.
Pemetikan jendangan
Pemetikan jendangan ialah pemetikan yang dilakukan pada tahap awal setelah
tanaman dipangkas, untuk membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan
ketebalan lapisan daun pemeliharaan yang cukup, agar tanaman mempunyai potensi
produksi yang tinggi.
2.
Pemetikan produksi
Pemetikan produksi dilakukan terus
menerus dengan daur petik tertentu dan jenis petikan tertentu sampai tanaman
dipangkas kembali.Pemetikan produksi yang dilakukan menjelang tanaman dipangkas
disebut “petikan gendesan”, yaitu memetik semua pucuk yang memenuhi syarat
untuk diolah tanpa memperhatikan daun yang ditinggalkan.
F.Pascapanen
Pengolahan daun
teh dimaksudkan untuk mengubah komposisi kimia daun teh segar secara
terkendali, sehingga menjadi hasil olahan yang memunculkan sifat-sifat yang
dikehendaki pada air seduhannya, seperti warna, rasa, dan aroma yang baik dan
disukai. Bahan kimia yang terkandung dalam daun teh terdiri dari empat kelompok
yaitu subtansi fenol (catechin dan flavanol), subtansi bukan fenol (pectin, resin. vitamin, dan mineral), subtansi aromatik dan
enzim-enzim.
Daun teh yang dipetik, awal mula
melewati proses pelayuan yang memakan waktu 18 jam disebuah tempat berbentuk
persegi panjang bernama withered trough. Setiap
4 jam daun dibalik secara manual. Masing-masing withered trough memuat 1 sampai 1,5 ton daun teh. Fungsi dari
proses pelayuan ini adalah untuk menghilangkan kadar air sampai dengan 48%.
Daun-daun teh yang sudah layu
kemudian dimasukan kedalam gentong dan diangkut menggunakan monorel ke tempat
proses berikutnya. Dari monorel daun-daun dimasukan ke mesin penggilingan.1
mesin memuat 350 kg daun teh dan waktu untuk menggiling adalah 50 menit.Setelah
digiling, daun teh dibawa ketempat untuk mengayak. Proses untuk mengayak ini
terjadi beberapa kali dengan hasil hitungan berdasarkan jumlah mengayak: bubuk
1, bubuk 2, bubuk 3, bubuk 4, dan badag.
Sementara itu
hasil ayakan terakhir yaitu badag tidak melewati proses fermentasi. Badag dan bubuk-bubuk
yang telah melewati proses fermentasi kemudian dibawa ke ruangan berikutnya
untuk dikeringkan. Lamanya proses pengeringan adalah 23 menit dengan suhu 100o C. Bahan bakar untuk proses pengeringan ini
adalah kayu dan batok kelapa untuk rasa yang lebih enak.
Usai dikeringkan,
daun dibawa ke ruangan sortasi,.Ada 3 jenis pekerjaan yang dilakukan diruangan
sortasi.pertama, memisahkan daun teh yang berwarna hitam dan yang berwarna
merah dengan menggunakan alat yang disebut Vibro. Kedua, memisahkan ukuran
besar dan ukuran kecil. Setelah semua proses selesai dikerjakan maka teh harus
diperiksa dahulu (quality control). Bila daun tersebut memenuhi standar maka
akan dikemas ditempat penyimpanan sementara (disimpan didalam tong plastik
berukuran besar). Bila sudah siap untuk dipasarkan, contohnya di ekspor
maka daun teh yang siap dipasarkan tersebut akan dikemas kedalam papersack (Setyamidjadja, 2000).
RESUME:
Tanaman teh ini adalah
tanaman subtropis yang sejak lama telah dikenal dalam peradaban
manusia.Penanaman botani tanaman ini memiliki sejarah sendiri.
Iklim untuk budidaya teh sendiri yaitu
dengan curah hujan tidak kurang dari 2.000 mm/tahun.Tanaman memerlukan matahari
yang cerah.Suhu udara harian tanaman teh adalah 13-25o.Kelembaban kurang
dari 70%.Untuk media tanamnya jenis tanah yang cocok untuk teh adalah Andasol,
Regosol, dan Latosol.Persiapan lahan dimulai dengan pembongkaran tunggul-tunggul dan
pohon sampai ke akar agar tidak menjadi sumber penyakit akar. Lahan
yang digunakan untuk penanaman baru dapat berupa hutan belantara, semak belukar
atau lahan pertanian lain, yang telah diubah dan dipersiapkan bagi tanaman teh.Tanaman teh dapat
diperbanyak secara generative maupun secara vegetative.Pada perbanyakan secara
generative digunakan bahan tanam asal biji, sedangkan perbanyakan secara
vegetative digunakan bahan tanaman asal setek berupa klon.Pemeliharaan bibit
terdiri atas:
1.
Penyiraman
2.
Penyulaman
3.
Penyiangan
4.
Pemupukan
5.
Pengendalian hama dan penyakit
6.
Pengaturan naungan.
Pembibitan
menggunakan stek merupakan cara yang paling cepat untuk memenuhi kebutuhan
bibit dalam jumlah yang banyak, dan jenis klon yang di-tentukan dapat
dipastikan sifat keunggulannya sama dengan induknya. Untuk memperoleh hasil
pembibitan setek berupa setek bibit yang baik, diperlukan adanya perencanaan,
persiapan, dan pelaksanaan yang baik dan tepat waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar